Jakarta (ANTARA) - Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS), Rabu, turut memberikan kesempatan para inovator muda untuk memaparkan inovasinya dalam mengatasi berbagai isu utama KTT AIS.

Sebagaimana keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, dalam pengantarnya di acara pemaparan oleh inovator muda itu, Presiden Joko Widodo menyebut bahwa pemaparan para inovator muda sejalan dengan pembahasan para pemimpin negara KTT AIS Forum mengenai pentingnya pendekatan inklusif dan inovasi.

"Seperti yang sudah kita sebutkan sebelumnya dalam pertemuan, pendekatan inklusif dan inovasi sangat penting. Oleh karenanya, saya mengundang dua kelompok representatif, satu mewakili anak muda dan satu lainnya mewakili para inovator," ucap Presiden.

Yuv Sungkur, perwakilan Delegasi Pemuda AIS dari Mauritius menyampaikan bahwa para delegasi muda telah berkumpul pada 6-7 Oktober 2023 dan menyepakati Deklarasi Pemuda AIS yang pertama.

Deklarasi tersebut merupakan dokumen penting yang akan menjadi pencapaian bersejarah bagi negara kepulauan berisi pernyataan dari 26 delegasi yang mewakili Karibia, Pasifik, dan Samudra Hindia.

Dalam deklarasi tersebut, Yuv Sungkur menyebut empat tema strategis utama dibahas dan disepakati, yakni mendukung aksi iklim berbasis kelautan, mendorong ekonomi biru yang berkelanjutan, memberantas polusi laut, dan mengintegrasikan tata kelola laut yang inklusif dan antargenerasi.

Baca juga: Jokowi: RI dan Mikronesia berbagi peran untuk hadapi tantangan global
Baca juga: Presiden dorong penguatan kerja sama keluarga Pasifik dengan PM Tuvalu


"Deklarasi ini merupakan pengingat bersejarah bahwa kami, kaum muda dari negara-negara kepulauan akan terus bersuara demi pencapaian masa depan yang lebih baik bagi lautan yang akan selalu didorong tindakan lokal kami. Bersamaan dengan deklarasi kami terdapat serangkaian rencana aksi individu di mana para delegasi akan melaksanakan komitmennya sendiri dan mengubahnya menjadi tindakan nyata," ungkap Yuv.

Dalam kesempatan tersebut, terdapat dua anak muda Indonesia yang turut memaparkan inovasi mereka, yakni Nadea Nabilla dan Fajar Sidik Abdullah Kelana.

Nadea Nabilla menjelaskan bahwa dua juta nelayan skala kecil menghasilkan lebih dari delapan juta ton karbondioksida per tahun. Hal tersebut disebabkan penggunaan bensin yang menghabiskan 70 persen pendapatan mereka.

Untuk itu, dia membuat suatu inovasi berupa mesin kapal listrik nelayan, "Manta One", yang disebutnya dapat mengurangi karbon hingga 78 persen.

"Peralihan dari mesin pembakaran ke 'Manta One' akan memberikan dampak langsung terhadap pengurangan karbon sebesar 78 persen dan efisiensi biaya per perjalanan sebesar 70 persen. Ini merupakan kebanggaan sekaligus kebahagiaan bagi Indonesia," ujar Nadea.

Sementara itu, Fajar Sidik Abdullah Kelana menjelaskan dampak perubahan iklim terhadap sektor perikanan budi daya. Menurutnya, perubahan iklim telah menyebabkan penurunan kualitas air dan menyebabkan gagal panen yang berdampak pada 2,2 juta petani ikan di Indonesia dan petani ikan di belahan dunia lainnya.

Berangkat dari isu tersebut, Fajar membuat sebuah inovasi berupa "microbubble aerator" berkelanjutan yang terintegrasi untuk meningkatkan kualitas air di sektor budi daya perikanan.

Inovasi tersebut, menurutnya, terbukti mampu meningkatkan produksi budi daya perikanan dan pendapatan petani ikan sebesar 30 persen.

"Tidak hanya itu, inovasi kami juga menurunkan amonia dalam air sebesar 17 persen dan menurunkan konsumsi listrik sebesar 40 persen dibandingkan dengan teknologi aerator yang ada saat ini," jelas Fajar.