Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga mengajak pemerintah daerah, pengurus dan pemimpin pondok pesantren, pengasuh, guru, dan santri untuk membangun sinergi kolaborasi bersama dalam menyelesaikan isu kekerasan di pesantren melalui tindakan-tindakan pencegahan.

"Pesantren ramah anak bukan hanya sekadar visi, tetapi sebuah komitmen nyata untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan para santri dengan segala potensi dan keunikan mereka," kata Bintang Puspayoga dalam keterangan, di Jakarta, Rabu.

Bintang Puspayoga memandang komitmen untuk mewujudkan pesantren ramah anak, pesantren antikekerasan sangat berkontribusi dalam mewujudkan SDM Indonesia berkualitas melalui satuan pendidikan yang ramah anak, yang bebas dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.

KemenPPPA bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga untuk memastikan pemenuhan hak anak dan mencegah tindakan kekerasan di lingkup satuan pendidikan melalui rangkaian roadshow di pondok pesantren.

Sebelumnya, kegiatan Deklarasi Moderasi Pesantren Ramah Anak sudah dilakukan di tiga pesantren yakni Ponpes An-Nawawi Tanara, Ponpes Al-Azhary Purwokerto dan Ponpes Mahasina-Bekasi.

Di Jombang, Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas sebagai pesantren ke-empat yang mendeklarasikan pesantren anti kekerasan dan ramah anak yang nantinya akan diintegrasikan ke dalam pengasuhan dan pembelajaran santri.

Menteri Bintang Puspayoga berharap dengan deklarasi dan komitmen pesantren-pesantren termasuk Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang untuk mendorong pesantren ramah anak dapat menjadikan pesantren sebagai ruang yang aman dan nyaman serta menginspirasi pesantren lainnya.

Baca juga: Menteri PPPA: Pesantren ramah anak upaya cegah kekerasan

Baca juga: Menteri PPPA minta pesantren jadi model pencegahan kekerasan pada anak

Baca juga: Menteri PPPA apresiasi deklarasi pesantren ramah anak di Ponorogo