Pertahanan Sipil Palestina kewalahan selamatkan korban pemboman Israel
11 Oktober 2023 14:14 WIB
Warga Palestina bereaksi saat mereka mencari korban di antara puing-puing rumah yang hancur akibat serangan Israel di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan, Palestina, Sabtu (8/10/2023). ANTARA/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa/aa.
Gaza, Palestina (ANTARA) - Pertahanan Sipil Palestina (PCD) di Jalur Gaza pada Rabu mengatakan tim mereka kewalahan untuk menyelamatkan orang-orang akibat banyaknya rumah yang hancur akibat pemboman oleh Israel.
Dalam sebuah pernyataan CPD mengatakan banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan di sejumlah wilayah di Gaza akibat serangan udara intensif.
Pernyataan itu juga menyebutkan tim tersebut tidak memiliki peralatan memadai untuk bekerja secara efektif.
Pernyataan itu mencatat ada kemungkinan peningkatan jumlah korban tewas karena intervensi mendesak tidak dapat dilakukan terhadap puing-puing rumah yang hancur.
Pada Sabtu (7/10), kelompok Hamas Palestina meluncurkan Operasi Badai Al-Aqsa melawan Israel dengan menembakkan roket-roket dan menyusup ke Israel melalui darat, laut dan udara. Disebutkan serangan kejutan itu sebagai balasan atas penerobosan ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim terhadap warga Palestina.
Sebagai balasan, militer Israel meluncurkan Operasi Pedang Besi melawan Hamas di Jalur Gaza.
Hingga Selasa, jumlah korban jiwa Palestina yang tewas oleh pasukan Israel mencapai 900, termasuk 260 anak-anak dan 200 wanita, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza. Dilaporkan juga jumlah korban luka mencapai 4.500 orang.
Sementara Kementerian Kesehatan Israel menyatakan 1.200 warga Israel tewas dan 2.806 lainnya mengalami luka dalam pertempuran.
Selain itu Israel memutus pasokan air dan listrik ke Gaza, sehingga memperburuk situasi kemanusiaan di daerah kantong yang diblokade tersebut.
Jalur Gaza yang menjadi rumah hampir 2,2 juta orang sudah terguncang di bawah pengepungan Israel yang melumpuhkan sejak 2007.
Sumber: Anadolu
Baca juga: PLO: permintaan pasokan makanan dan obat ke Gaza ditolak Israel
Baca juga: Israel ancam akan bom konvoi pembawa bantuan ke Gaza
Dalam sebuah pernyataan CPD mengatakan banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan di sejumlah wilayah di Gaza akibat serangan udara intensif.
Pernyataan itu juga menyebutkan tim tersebut tidak memiliki peralatan memadai untuk bekerja secara efektif.
Pernyataan itu mencatat ada kemungkinan peningkatan jumlah korban tewas karena intervensi mendesak tidak dapat dilakukan terhadap puing-puing rumah yang hancur.
Pada Sabtu (7/10), kelompok Hamas Palestina meluncurkan Operasi Badai Al-Aqsa melawan Israel dengan menembakkan roket-roket dan menyusup ke Israel melalui darat, laut dan udara. Disebutkan serangan kejutan itu sebagai balasan atas penerobosan ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim terhadap warga Palestina.
Sebagai balasan, militer Israel meluncurkan Operasi Pedang Besi melawan Hamas di Jalur Gaza.
Hingga Selasa, jumlah korban jiwa Palestina yang tewas oleh pasukan Israel mencapai 900, termasuk 260 anak-anak dan 200 wanita, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza. Dilaporkan juga jumlah korban luka mencapai 4.500 orang.
Sementara Kementerian Kesehatan Israel menyatakan 1.200 warga Israel tewas dan 2.806 lainnya mengalami luka dalam pertempuran.
Selain itu Israel memutus pasokan air dan listrik ke Gaza, sehingga memperburuk situasi kemanusiaan di daerah kantong yang diblokade tersebut.
Jalur Gaza yang menjadi rumah hampir 2,2 juta orang sudah terguncang di bawah pengepungan Israel yang melumpuhkan sejak 2007.
Sumber: Anadolu
Baca juga: PLO: permintaan pasokan makanan dan obat ke Gaza ditolak Israel
Baca juga: Israel ancam akan bom konvoi pembawa bantuan ke Gaza
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023
Tags: