Jakarta (ANTARA News) - Pada sebuah sore di ruang VIP Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau, Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo dan Gubernur Riau Rusli Zainal terlibat perdebatan.

Keduanya masih bersikukuh tentang lokasi pelaksanaan pesta olahraga negara-negara muslim Islamic Solidarity Games (ISG) 2013. Roy ingin perhelatan ISG dipindah ke Jakarta karena menilai jika tetap digelar di Riau, masih banyak persoalan nonteknis yang nantinya bisa menjadi bumerang. Sebagai penanggung jawab utama, politisi Demokrat itu tidak ingin mengambil resiko.

Sedangkan Rusli menganggap Riau sudah sangat siap menjadi tuan rumah. Persoalan teknis yang sempat menghambat, telah ditangani -untuk sementara- sehingga tidak lagi menjadi halangan.

"Tolong jangan kecewakan masyarakat Riau, beri lah sedikit penghargaan. Kami sudah memberikan segalanya," kata Rusli kepada Roy di hadapan para tamu dan wartawan.

"Kalau bapak tidak ada apa-apa dengan status, 1000 persen saya pasti akan dukung," Roy langsung menjawab.

Rusli, yang merupakan tersangka kasus dugaan suap revisi Perda PON dan dugaan korupsi pengeluaran izin pengelolaan hutan di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau itu, langsung menanggapi. "Saya tidak ingin status dijadikan persoalan masalah ini. Status saya sebagai tersangka tidak ada kaitannya dengan pelaksanaan ini".

"Ya tapi itu kenyataannya," tandas Roy seraya tersenyum.

"Persoalan hukum jangan mengganggu program pembangunan. Kami sudah menyediakan semua fasilitas, teman-teman tadi semua sudah melihat, apa yang kurang? Justru otonomi daerah dibantu. status saya sama sekali tidak menghambat. Hari ini, satu triliun pun saya `teken` jalan. Tidak ada satu helai rambut belah tujuh pun mengganggu soal status hukum untuk saya cairkan dana. Saya melaksanakan tugas pun tidak ada melanggar peraturan apapun, kecuali kalau nanti saya dipindahkan (dipenjara)," ujar Rusli panjang lebar.

"Andai kata dipindahkan (dipenjara), apa yang terjadi pak?" tanya Roy, yang tidak dijawab Rusli.



Masih Terkatung-katung



Perseteruan dua pekan lalu itu masih berlangsung hingga saat ini. Kedua pihak masih bersikeras dan ISG masih terkatung-katung, antara di Jakarta, Riau, atau ada alternatif lainnya.

Roy menilai opsi pemindahan lokasi ISG 2013 bukan terbentur hal teknis melainkan pada siapa yang kelak menjadi pihak penanggung jawab. Menurut Roy, jika proses hukum Rusli semakin berlanjut, harus ada pihak yang menggantikan Rusli sebagai penanggung jawab daerah.

"Siapa yang nanti akan bertanggung jawab? Ini yang sampai sekarang belum terjawab. Sampai September nanti, segala kemungkinan bisa terjadi," ujar Roy, masih terkait dengan status Gubernur Rusli.

Secara struktural, Wakil Gubernur Mambang Mit yang otomatis menggantikan. Namun, ternyata dia sejak awal tidak dimasukkan dalam kepanitiaan sehingga menolak untuk terlibat.

"Apalagi dia mau maju ke pilkada. Jadi, dia tidak mau nanti dikaitkan dengan rencananya itu," jelas Roy.

Bergesernya pelaksanaan ISG menjadi September pun dikhawatirkan Roy karena berdekatan dengan pelaksanaan Pilkada Riau, 4 September, sehingga rawan banyak kepentingan.

Sementara itu, Menkokesra Agung Laksono selaku Dewan Pengarah ISG mengisyaratkan bahwa Riau sudah tidak ada masalah dari segi teknis. Politisi Golkar itu mengatakan bahwa pihaknya akan menunjuk orang untuk menjadi penanggung jawab jikalau terjadi sesuatu pada Rusli Zainal.

"Bisa ditunjuk sebagai panitia daerah kalau ada apa-apa. Akan tetapi, saya belum tahu siapa," kata Agung.

ISG 2013 Riau semula dijadwalkan berlangsung 6-17 Juni. Namun masalah kesiapan fasilitas serta status Gubernur Riau Rusli Zainal yang menjadi tersangka membuat penyelenggaraan ISG akhirnya terpaksa diundur pada 22 September-1 Oktober.

Stadion Utama Riau terlilit perkara utang sebesar Rp240 miliar yang menyebabkan stadion yang juga digunakan untuk ajang Pekan Olahraga Nasional 2012 itu sempat disegel konsorsium kontraktor pembangunan. Sedangkan arena aquatik menjadi masalah karena kolam renangnya hanya berkedalaman 160 sentimeter, kurang 30 sentimeter sesuai standar internasional.

Maka, keputusan menunda pelaksanaan ISG itu dicapai berdasarkan hasil rapat koordinasi di kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Jakarta pada 8 Mei lalu, yang dihadiri oleh menteri dan pejabat terkait serta Panitia Nasional ISG, Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan pejabat Provinsi Riau.

Namun, ide rencana pemindahan lokasi dari Riau ke Jakarta yang sebelumnya sudah marak belum disetujui. Pada saat rapat tersebut, Rusli, yang merupakan politisi Golkar, membawa surat dari KSO bahwa mereka bersedia melepas segel stadion dan memberi kesempatan kepada pemerintah provinsi Riau untuk melunasi utang dengan membayar uang muka dulu sebesar Rp35 miliar. Rusli juga menjamin bahwa arena kolam renang akan segera teratasi lewat renovasi.

Akhirnya, keputusan ditunda sampai kedatangan pihak-pihak tersebut pada Senin (13/5) dan diperkirakan menjadi penentu akhir perdebatan tentang lokasi pelaksanaan ISG 2013, apakah tetap dilakukan di Riau seperti Keputusan Presiden sebelumnya atau digeser ke Jakarta yang dinilai lebih siap dengan fasilitas yang telah ada.

Dan hanya Keputusan Presiden yang nantinya menjadi kartu yang tidak dapat lagi diganggu gugat. Namun, Surat Keputusan Presiden yang sudah ditunggu-tunggu itu pun masih misteri.

Disela Upacara Hari Kebangkitan Nasional di Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Roy mengisyaratkan ISG tetap di Jakarta. "Iya kemungkinan dipastikan di Jakarta. Kami tinggal tunggu Keppres keluar," katanya.

Lalu muncul alternatif lain. Ia mengatakan pro dan kontra perubahan lokasi ISG dari Riau ke Jakarta bisa diselesaikan dengan pelaksanaan ISG di dua tempat, yakni Riau dan Jakarta. Namun syaratnya, kata Roy, pelaksanaan pertandingan di Riau bukan di arena yang bermasalah.



Atlet dan Pelatih Bingung



Sementara pelaksanaan ISG masih menggantung, atlet dan pelatih lah yang akhirnya bingung. Sebagai "prajurit" yang nantinya bertempur, mereka harus terus berlatih demi menyuguhkan penampilan yang terbaik.

Pelari andalan Indonesia nomor 100 meter gawang, Dedeh Erawati berharap pemerintah segera memutuskan waktu pelaksanaan ISG meskipun sebagai atlet profesional, ia tetap siap diturunkan kapan pun.

"Harapannya segera dipastikan waktunya kapan agar program persiapan kami jelas. Karena kami harus menyusun persiapan umum, persiapan khusus, dan persiapan pertandingan. Itu kan tidak bisa instan," ujar Dedeh.

Begitu juga bagi atlet renang spesialis gaya punggung, I Gede Siman Sudartawa. Pelaksanaan ISG yang masih belum jelas secara langsung berpengaruh pada persiapannya.

"Lumayan pengaruh karena jadi susah mengurus program persiapannya. Kalau untuk pertandingan kan ada persiapan seperti kapan latihannya mesti turun dan kapan perlu ditingkatkan. Jadi kalau bisa diputuskan secepatnya," harap atlet yang pada SEA Games 2011 lalu berhasil menyumbang 4 medali emas dan memecahkan 2 rekor SEA Games di nomor 100 meter gaya punggung putra itu.

Sementara itu, pelatih angkat besi Lukman mengaku kerap ditanyai atletnya soal ISG.

"Kita tidak masalah lokasi di mana tetapi yang penting kepastiannya. Karena kita juga bingung, atlet juga terus tanya ke pelatih "ini ISG jadi atau tidak". Tetapi namanya pelatih kita menenangkan saja. Meskipun begitu, kita terus berlatih, namanya juga di lapangan, itu komitmen kita," jelas Lukman yang sukses membawa anak asuhnya, Triyatno meraih medali perak kelas 69 kg dan Eko Yuli Irawan menyabet medali perunggu kelas 62 kg pada Olimpiade London 2012.

Kepastian ISG, kata dia, juga penting untuk kepastian dana persiapan ISG. Cabang olahraga angkat besi akan menurunkan 15 atlet yang merupakan kombinasi dari atlet Pelatnas dan nonpelatnas.

"Denger-denger dana persiapan ISG akan turun bulan Juni. Kalau biaya bagi atlet Pelatnas sih tidak masalah, tetapi yang nonpelatnas mesti ditanggung pelatih masing-masing. Harapannya pemerintah tegas pastikan waktunya kapan," tambah Lukman.

Hal yang sama diutarakan pelatih panahan, Endah Sulityorini, yang tidak mempermasalahkan di mana lokasi ISG namun berharap waktunya cepat dipastikan.

"Lokasi di mana pun kami tetap menjaga semangat atlet. Mereka terus latihan karena sebagai duta bangsa kita harus siap turun kapan pun," kata Endah yang akan mengerahkan 16 atlet untuk ISG nanti.