Sektor perbankan resiliensi hadapi tekanan suku bunga global tinggi
9 Oktober 2023 17:31 WIB
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menyampaikan Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK Bulan September 2023 dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Senin (9/10/2023). ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak
Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan sektor perbankan mampu menunjukkan resiliensi dengan permodalan yang tinggi serta didukung dengan risiko kredit yang terjaga di tengah tekanan suku bunga global tinggi untuk waktu yang lebih lama.
"Industri perbankan secara umum memiliki permodalan yang solid, ditinjau dari Capital Adequacy Ratio industri perbankan yang tinggi yaitu sebesar 27,66 persen," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK Bulan September 2023 secara daring di Jakarta, Senin.
Dian menuturkan fungsi intermediasi perbankan juga berjalan baik dalam menopang perekonomian baik di sisi pembiayaan perkreditan maupun dalam penghimpunan dana.
Pada Agustus 2023, pertumbuhan penyaluran kredit meningkat sebesar 9,06 persen year on year yang sebelumnya adalah 8,54 persen year on year pada Juli 2023 atau menjadi sebesar Rp6.739,40 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 11,25 persen year on year.
Di sisi kepemilikan, pertumbuhan kredit terbesar tercatat dari bank umum swasta domestik yang tumbuh sebesar 12,34 persen year on year.
Di sisi lain, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada Agustus 2023 tercatat sebesar 6,24 persen year on year yang sebelumnya Juli 2023 adalah 6,62 persen year on year atau menjadi sebesar Rp8.082 triliun dengan kontribusi terbesar dari giro yang tumbuh sebesar 8,02 persen year on year.
"Pertumbuhan DPK yang termoderasi antara lain karena meningkatnya konsumsi masyarakat pascapencabutan status pandemi COVID-19," tuturnya.
Dian mengatakan likuiditas industri perbankan pada Agustus 2023 dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuiditas yang tetap terjaga.
Rasio Alat Likuid terhadap Non Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid kepada DPK (AL/DPK) yang masing-masing menjadi 118,50 persen dari sebelumnya pada Juli 2023 tercatat 118,37 persen dan 26,49 persen dari sebelumnya pada Juli 2023 sebesar 26,57 persen, namun tetap jauh di atas ambang batas masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
Sementara itu, kualitas kredit juga tetap terjaga dengan baik. Rasio NPL net perbankan pada Agustus 2023 sebesar 0,79 persen dari sebelumnya adalah 0,80 persen pada Juli 2023, dan NPL gross sebesar 2,50 persen pada Agustus 2023, yang sebelumnya adalah 2,51 persen pada Juli 2023.
Di tengah peningkatan dan fluktuasi tingkat imbal hasil utang Amerika Serikat, risiko pasar juga relatif terjaga. Posisi Devisa Netto (PDN) tercatat stabil rendah sebesar 1,72 persen pada Agustus 2023 sementara Juli 2023 tercatat 1,75 persen, jauh di bawah ambang batas sebesar 20 persen.
Peningkatan yield Surat Berharga Negara (SBN) diantisipasi perbankan antara lain dengan memperpendek durasi SBN serta melakukan rebalancing jenis portfolio yang baik yang bersifat held to maturity maupun available for sale sehingga potensi kerugian dari perubahan nilai wajar surat berharga tidak mengganggu permodalan bank.
"Tingginya permodalan perbankan diyakini mampu menyerap potensi risiko yang dihadapi dan OJK akan terus mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas," ujarnya.
Baca juga: OJK: Sektor jasa keuangan stabil di tengah suku bunga global tinggi
"Industri perbankan secara umum memiliki permodalan yang solid, ditinjau dari Capital Adequacy Ratio industri perbankan yang tinggi yaitu sebesar 27,66 persen," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK Bulan September 2023 secara daring di Jakarta, Senin.
Dian menuturkan fungsi intermediasi perbankan juga berjalan baik dalam menopang perekonomian baik di sisi pembiayaan perkreditan maupun dalam penghimpunan dana.
Pada Agustus 2023, pertumbuhan penyaluran kredit meningkat sebesar 9,06 persen year on year yang sebelumnya adalah 8,54 persen year on year pada Juli 2023 atau menjadi sebesar Rp6.739,40 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 11,25 persen year on year.
Di sisi kepemilikan, pertumbuhan kredit terbesar tercatat dari bank umum swasta domestik yang tumbuh sebesar 12,34 persen year on year.
Di sisi lain, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada Agustus 2023 tercatat sebesar 6,24 persen year on year yang sebelumnya Juli 2023 adalah 6,62 persen year on year atau menjadi sebesar Rp8.082 triliun dengan kontribusi terbesar dari giro yang tumbuh sebesar 8,02 persen year on year.
"Pertumbuhan DPK yang termoderasi antara lain karena meningkatnya konsumsi masyarakat pascapencabutan status pandemi COVID-19," tuturnya.
Dian mengatakan likuiditas industri perbankan pada Agustus 2023 dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuiditas yang tetap terjaga.
Rasio Alat Likuid terhadap Non Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid kepada DPK (AL/DPK) yang masing-masing menjadi 118,50 persen dari sebelumnya pada Juli 2023 tercatat 118,37 persen dan 26,49 persen dari sebelumnya pada Juli 2023 sebesar 26,57 persen, namun tetap jauh di atas ambang batas masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
Sementara itu, kualitas kredit juga tetap terjaga dengan baik. Rasio NPL net perbankan pada Agustus 2023 sebesar 0,79 persen dari sebelumnya adalah 0,80 persen pada Juli 2023, dan NPL gross sebesar 2,50 persen pada Agustus 2023, yang sebelumnya adalah 2,51 persen pada Juli 2023.
Di tengah peningkatan dan fluktuasi tingkat imbal hasil utang Amerika Serikat, risiko pasar juga relatif terjaga. Posisi Devisa Netto (PDN) tercatat stabil rendah sebesar 1,72 persen pada Agustus 2023 sementara Juli 2023 tercatat 1,75 persen, jauh di bawah ambang batas sebesar 20 persen.
Peningkatan yield Surat Berharga Negara (SBN) diantisipasi perbankan antara lain dengan memperpendek durasi SBN serta melakukan rebalancing jenis portfolio yang baik yang bersifat held to maturity maupun available for sale sehingga potensi kerugian dari perubahan nilai wajar surat berharga tidak mengganggu permodalan bank.
"Tingginya permodalan perbankan diyakini mampu menyerap potensi risiko yang dihadapi dan OJK akan terus mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas," ujarnya.
Baca juga: OJK: Sektor jasa keuangan stabil di tengah suku bunga global tinggi
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023
Tags: