Ghazni, Afghanistan (ANTARA News) - Serangan bom bunuh diri oleh seorang remaja terhadap militan lokal yang memerangi Taliban menewaskan tujuh orang di Afghanistan tengah, Rabu, kata sejumlah pejabat.

Penyerang meledakkan dirinya di sebuah pasar di Ghazni, dua hari setelah serangan bom terjadi di luar kantor pemerintah di wilayah utara Afghanistan yang menewaskan 14 orang, termasuk seorang politikus provinsi itu.

"Sekitar pukul 17.00, seorang penyerang bunuh diri berusia 18 tahun meledakkan dirinya di sebuah pasar di distrik Muqur," kata Mohammad Ali Ahmadi, deputi gubernur provinsi Ghazni, kepada AFP.

"Akibatnya, empat militan anti-Taliban dan tiga warga sipil tewas dan 14 lain cedera," tambah pejabat itu.

Juru bicara militer setempat Nazifullah mengkonfirmasi insiden itu dan jumlah kematian kepada AFP.

Ada banyak kelompok milisi suku di Afghanistan yang memerangi Taliban dan mereka membantah menerima senjata dan bantuan dari pemerintah Kabul.

Taliban bulan lalu meluncurkan "ofensif musim semi" tahunan mereka dengan janji melancarkan serangan-serangan bom bunuh diri untuk menimbulkan korban maksimum dan memperingatkan warga Afghanistan yang bekerja untuk pemerintah agar menjauh.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.

Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.

(M014)