"Sehingga kita masih butuh perpanjangan waktu beberapa hari ke depan karena kendala di lapangan," kata Teguh saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Program 1,5 juta akseptor tersebut sedianya dilangsungkan pada 26 September—4 Oktober 2023.
Namun, Teguh menjelaskan terdapat sejumlah kendala yang dihadapi petugas di lapangan, salah satunya kekurangan tenaga sumber daya manusia untuk menginput data dalam jumlah yang banyak sehingga capaian pelayanan pada hari itu tidak dapat langsung dimasukkan ke dalam sistem aplikasi.
Kemudian terdapat pula kendala kualitas jaringan internet yang belum merata di setiap daerah sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk memasukkan data melalui aplikasi.
Baca juga: BKKBN targetkan 1,6 juta akseptor KB peringati Hari Kontrasepsi Dunia
Teguh melanjutkan sederet pilihan alat kontrasepsi tersebut sedikit berbeda dari sebelum tahun 2020 ketika masyarakat justru lebih banyak menggunakan IUD, implan 2 batang, suntikan progestin 3 bulan 3cc, pil KB kombinasi, serta kondom.
Sebelumnya, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan pihaknya menargetkan 1,5 juta akseptor kontrasepsi pada 26 September—4 Oktober 2023
Ia menegaskan, target tersebut mesti dipenuhi untuk meningkatkan prevalensi rata-rata pemakaian kontrasepsi modern hingga 60 persen.
Baca juga: Kepala BKKBN: Penggunaan kontrasepsi bisa cegah autisme pada anak
Baca juga: Tekan kematian, BKKBN serukan penggunaan kontrasepsi jangka panjang