Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid menyampaikan kegiatan ini mengakomodasi seluruh organisasi kebudayaan dalam sebuah forum aspirasi untuk menyambut Kongres Kebudayaan yang akan digelar pada 24-27 Oktober 2023.
"Jadi kita ingin sebelum Kongres Kebudayaan nanti ada satu forum dimana kita bisa menangkap aspirasi, pemikiran, dan evaluasi, dari teman-teman terhadap pelaksanaan pemajuan kebudayaan selama ini," kata Hilmar di Jakarta, Jumat.
Hilmar menyebutkan forum ini dibentuk khusus untuk organisasi dan komunitas budaya demi menampung ide, gagasan, dan umpan balik, dari progres pemajuan kebudayaan.
"Kami (Kemendikbudristek) ingin tahu gimana sih kurangnya progres pemajuan kebudayaan itu, pasti ada kan. Jadi kami ingin sekali dapat semacam cermin untuk refleksi kita," ujarnya.
Baca juga: Strategi Kebudayaan telah diserahkan kepada Presiden
Ia menambahkan nilai positif dari dana abadi kebudayaan ini, apabila tidak habis dalam satu tahun, bisa dialokasikan kembali untuk tahun berikutnya, tidak seperti Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mesti dikembalikan kepada negara.
"Dana abadi ini bukan tentang Rp5 triliun-nya, itu kan dana pokoknya. Hasil pengelolaannya yang kemudian bisa digunakan, saya enggak tahu persis angkanya mungkin 5-6 persen dari yang Rp5 trilun itu setiap tahun, dan kalau tidak habis, kalau APBN kan dikembalikan, kalau dia tidak habis, di-carry over ke tahun berikutnya," kata Hilmar.
Ia menyampaikan dana abadi kebudayaan ini jauh lebih leluasa penggunaannya, sehingga diharapkan dapat lebih jauh mengakomodasi kepentingan dari para pelaku budaya.
Baca juga: Pemerintah akan bentuk dana perwalian untuk kebudayaan
Baca juga: Presiden hadiri acara penyerahan Strategi Kebudayaan