Jakarta (ANTARA News) - "Otot itu harus dimainkan dengan otak," kata Rizal (Fauzan Nasrul).
Rizal si blogger yang duduk di bangku SMA menjalani hari-harinya dengan sekolah, bertemu fans, latihan di gym, dan menulis blog. Ia dan sang ayah, yang dipanggilnya Pak Bro (Donny Damara), bagaikan sahabat. Mereka sama-sama hobi melancong hingga ke luar negeri dan Rizal selalu membagi cerita perjalanannya melalui blog-nya.
Di sekolahnya, hanya Cynthia (Karina Salim) yang terlihat tidak menggubris kepopuleran Rizal. Cynthia yang hobi menari harus mengumpulkan sejumlah uang untuk grup tarinya.
Rizal, memanfaatkan kepopulerannya, membantu Cynthia mengumpulkan dana. Cynthia akhirnya tahu, cerita-cerita di balik blog Rizal yang selama ini belum pernah terungkap.
Juni (Nasya
Abigail), yang tinggal tidak jauh dari toko Firdaus milik Pak Bro, harus diskors dari sekolahnya karena ketahuan menggencet adik kelasnya.
Skors lima hari itu membuat Juni harus tinggal di rumah, jauh dari teman-teman geng-nya, dan membantu usaha sablon milik ayahnya, Pak Niko (Barry Prima).
Tinggal beberapa hari di rumah membuat Juni bosan, terutama dengan perilaku sang ayah yang pendiam. Juni yang keras kepala tidak tahu bila masalahnya di sekolah membuat sang ayah kehilangan pelanggan yang baru saja memberinya order besar.
"Ya udahlah, Yah. Cuma satu pelanggan. Masih ada yang lain, kan," kata Juni kesal kepada sang ayah.
Di rumah toko lainnya, David (Adam Putra Pertama D. A) yang hobi main piano tinggal bersama ibunya (Jenny Zhang) yang membuat usaha kue, Angel Cookies.
Di malam hari, David tidak sengaja terjaga dan melalui pintu kamarnya, ia melihat ada sosok yang memasuki rumahnya. David, yang kira-kira baru
berusia 10 tahun itu pun memberanikan diri turun untuk melihat sosok yang datang, kebetulan ia satu-satunya laki-laki di rumah itu. David tinggal di ruko bersama ibunya dan seorang asisten.
"Ibu, tadi ada yang naik ke atas," kata David yang juga membawa payung untuk berjaga-jaga.
Lambat laun, David pun mengetahui sosok yang memasuki rumahnya. Dengan piano, ia juga memberikan kekuatan kepada ibunya, yang secara tidak sadar juga didatangi sosok di malam hari itu.
Cerita keluarga
"Pintu Harmonika" memuat tiga cerita yang dibuat oleh tiga sutradara perempuan. Ilya Sigma membuat "Otot:, Luna Maya dengan "Skors", dan Sigi Wimala "Piano".
"Pintu harmonika itu folding gate yang ada di depan toko," jelas Luna yang juga menjadi produser eksekutif "Pintu Harmonika".
Ketiga film itu memang berlatar kehidupan kelas menengah yang tinggal di ruko. Bagian bawah menjadi tempat keluara itu mencari nafkah, bagian atas menjadi
ruang kehidupan keluarga.
Mengutip pernyataan Luna, selalu ada cerita dibalik pintu, drama keluarga ini mengangkat cerita yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari.
Rizal berani jujur tentang kehidupan dibalik pintu harmonikanya, Juni selama ini menganggap ayahnya tidak se-asyik ayah teman-temannya, dan David memberi kekuatan pada ibunya untuk menjalani hidup dengan permainan pianonya.
Mengangkat persoalan remaja antara 10-17 tahun, Sigi berpendapat film ini berpeluang untuk menjaring penonton yang lebihi luas, mulai dari anak hingga orang tua.
Luna pun sependapat, skenario yang ditulis Clara Ng itu menurutnya tidak asing di kehidupan sehari-hari.
Meski sama-sama mengusung tema keluarga, ketiga film ini digarap dengan kemasan yang berbeda. Luna memilih drama antara anak dan ayah, Ilya mengemas permasalahan Rizal dengan gaya komedik, dan Sigi memasukan unsur drama thriller dalam cerita
garapannya.
Cerita dibalik "Pintu Harmonika"
Oleh Natisha Andarningtyas
21 Mei 2013 12:14 WIB
Pintu Harmonika Tiga Sutradara film Pintu Harmonika, (ki-ka) Luna Maya, Ilya Sigma dan Sigi Wimala.(ANTARA FOTO/Teresia May)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013
Tags: