Sansha, China (ANTARA) - Huang Cheng, yang mengemban tugas sebagai kepala masyarakat Pulau Beidao, melakukan patroli di pulau tersebut setiap hari demi melindungi penyu-penyu laut dan telurnya.

Selain melindungi penyu, Huang juga harus mengumpulkan polutan laut dan melindungi lingkungan di pulau tersebut.

"Penyu laut sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, karena hal itu dapat memengaruhi kehidupan serta penetasan telur mereka," kata Huang, sebagaimana diwartakan Xinhua pada Kamis.

Huang Cheng mengikuti jejak ayahnya, Huang Hongbo.

Pada tahun 1980-an, China memasukkan penyu laut ke dalam daftar satwa yang dilindungi oleh negara. Semenjak itu, negara tersebut terus meningkatkan langkah-langkah untuk melarang penangkapan dan perdagangan penyu laut maupun telurnya. Nelayan setempat diberi edukasi dan didorong untuk membantu upaya perlindungan penyu.

Huang Hongbo merupakan seorang nelayan veteran yang memiliki banyak pengetahuan tentang perilaku penyu laut. Dia diundang untuk mengepalai stasiun perlindungan penyu di Pulau Beidao pada 2015.

Melalui upaya gabungan dari keluarga Huang dan otoritas setempat, jumlah sarang penyu yang ditemukan di pulau tersebut mancapai sekitar 150 pada 2022, meningkat dari sekitar 90 sarang pada 2015.
Huang Cheng berpatroli di Pulau Beidao, bagian dari Kepulauan Qilianyu di Kota Sansha, Provinsi Hainan, China selatan, 29 September 2023. (Xinhua/Fan Yuqing)
Huang Cheng memeriksa jejak kaki penyu di Pulau Beidao, bagian dari Kepulauan Qilianyu di Kota Sansha, Provinsi Hainan, China selatan, pada 28 September 2023. (Xinhua/Fan Yuqing)
Huang Cheng memeriksa jejak kaki penyu di Pulau Beidao, bagian dari Kepulauan Qilianyu di Kota Sansha, Provinsi Hainan, China selatan, pada 28 September 2023. (Xinhua/Fan Yuqing)
Foto yang diabadikan pada 29 September 2023 ini menunjukkan penyu yang baru menetas di Pulau Beidao, bagian dari Kepulauan Qilianyu di Kota Sansha, Provinsi Hainan, China selatan. (Xinhua/Fan Yuqing)