BI sebut ketidakpastian ekonomi global jadi alasan impelementasi KLM
4 Oktober 2023 15:43 WIB
Seminar Kebijakan Insentif Likuditas Makroprudensial untuk Kredit/Pembiayaan Sektor Perumahan yang diadakan di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu (4/10/2023) (ANTARA/Bayu Saputra)
Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengungkapkan bahwa ketidakpastian perekonomian global menjadi alasan implementasi kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
“Kenapa kami mengeluarkan kebijakan KLM? Karena kondisi global masih tidak menentu. Walaupun di AS inflasi turun tapi jauh di atas dari tingkat inflasi harapan mereka,” kata Destry dalam Seminar Kebijakan Insentif Likuditas Makroprudensial untuk Kredit/Pembiayaan Sektor Perumahan di Jakarta, Rabu.
Ketidakpastian perekonomian global saat ini utamanya dipengaruhi oleh arah pasar atau market yang selalu mengacu pada kebijakan bank sentral AS atau The Fed dalam mengatur suku bunga acuannya (FFR).
Berkaca dari kebijakan The Fed, Destry menilai bahwa mengatur suku bunga saja belum cukup untuk meningkatkan ekonomi di tengah ketidakpastian perekonomian global. Bank sentral perlu turut memberikan insentif guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Kebijakan moneter saja tidak cukup, ini cuman stability sementara, kita harus dorong growth, kita dorong dengan kebijakan KLM, di mana KLM pro growth akan ada berbagai insentif yang dikeluarkan,” pungkasnya.
Ketidakpastian perekonomian global saat ini sangat dipengaruhi oleh arah pasar atau market yang selalu mengacu pada kebijakan Bank Sentral AS atau The Fed dalam mengatur suku bunga acuannya (FFR).
Sementara itu saat ini, suku bunga The Fed masih berpotensi mengalami peningkatan mengacu pada adanya tekanan ekonomi di AS. Destry memberikan contoh ekspetasi pasar yang sempat optimis pada September 2023 karena keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuannya.
Namun selang dua hari, ekspetasi pasar kembali pesimis dikarenakan pernyataan salah satu anggota direksi The Fed yang menyatakan tingkat inflasi AS masih terlalu tinggi dari target. Destry memproyeksi The Fed yang akan kembali menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps) hingga mencapai 5,75 persen pada November.
“Kita melihat beberapa dampaknya The Fed harus mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lama. Tambahan lagi November akan ada kenaikan Fed Fund Rate yang naik lagi 25 basis poin. Fed Fund Rate akan sama dengan BI rate kita 5,75 persen,” ujar Destry.
Kondisi ketidakpastian pasar juga disebabkan kenaikan indeks dolar AS yang menembus level 107,14. Kemudian diikuti oleh kenaikan yield obligasi AS tenor 10 tahun yang mencapai 4,7 persen.
Adapun KLM memberikan Insentif kepada sektor hilirisasi mineral dan batu bara (minerba), non-minerba, perumahan, pariwisata, Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM), ultra mikro (UMi), dan keuangan hijau.
Untuk sektor minerba, bank yang memberikan pembiayaan sebesar 3 persen hingga 7 persen menerima insentif potongan GWM sebesar 0,2 persen. Sementara yang bisa menyalurkan di atas 7 persen bisa menerima potongan sebesar 0,3 persen.
Pada sektor non-minerba, bank dengan pembiayaan 3 persen hingga 7 persen mendapatkan insentif GWM 0,6 persen, sedangkan yang di atas 7 persen mendapat potongan 0,8 persen.
Insentif pada sektor perumahan diberikan sebesar 0,5 persen untuk pembiayaan 3 persen hingga 7 persen dan sebesar 0,6 persen untuk pembiayaan di atas 7 persen. Adapun pada sektor pariwisata, besaran insentifnya masing-masing sebesar 0,25 persen dan 0,3 persen.
Untuk RPIM, insentif yang diberikan sebesar 0,1 persen hingga 1 persen untuk pembiayaan pada rentang 10 persen hingga 50 persen. Kemudian insentif UMi sebesar 0,3 persen untuk pembiayaan 0 persen hingga 3 persen dan sebesar 0,5 persen untuk rasio di atas 3 persen.
Terakhir yaitu pembiayaan pada kelompok hijau dengan besaran insentif 0,3 persen untuk rentang 0 persen hingga 5 persen dan insentif 0,5 persen untuk rasio di atas 5 persen.
“Kenapa kami mengeluarkan kebijakan KLM? Karena kondisi global masih tidak menentu. Walaupun di AS inflasi turun tapi jauh di atas dari tingkat inflasi harapan mereka,” kata Destry dalam Seminar Kebijakan Insentif Likuditas Makroprudensial untuk Kredit/Pembiayaan Sektor Perumahan di Jakarta, Rabu.
Ketidakpastian perekonomian global saat ini utamanya dipengaruhi oleh arah pasar atau market yang selalu mengacu pada kebijakan bank sentral AS atau The Fed dalam mengatur suku bunga acuannya (FFR).
Berkaca dari kebijakan The Fed, Destry menilai bahwa mengatur suku bunga saja belum cukup untuk meningkatkan ekonomi di tengah ketidakpastian perekonomian global. Bank sentral perlu turut memberikan insentif guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Kebijakan moneter saja tidak cukup, ini cuman stability sementara, kita harus dorong growth, kita dorong dengan kebijakan KLM, di mana KLM pro growth akan ada berbagai insentif yang dikeluarkan,” pungkasnya.
Ketidakpastian perekonomian global saat ini sangat dipengaruhi oleh arah pasar atau market yang selalu mengacu pada kebijakan Bank Sentral AS atau The Fed dalam mengatur suku bunga acuannya (FFR).
Sementara itu saat ini, suku bunga The Fed masih berpotensi mengalami peningkatan mengacu pada adanya tekanan ekonomi di AS. Destry memberikan contoh ekspetasi pasar yang sempat optimis pada September 2023 karena keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuannya.
Namun selang dua hari, ekspetasi pasar kembali pesimis dikarenakan pernyataan salah satu anggota direksi The Fed yang menyatakan tingkat inflasi AS masih terlalu tinggi dari target. Destry memproyeksi The Fed yang akan kembali menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps) hingga mencapai 5,75 persen pada November.
“Kita melihat beberapa dampaknya The Fed harus mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lama. Tambahan lagi November akan ada kenaikan Fed Fund Rate yang naik lagi 25 basis poin. Fed Fund Rate akan sama dengan BI rate kita 5,75 persen,” ujar Destry.
Kondisi ketidakpastian pasar juga disebabkan kenaikan indeks dolar AS yang menembus level 107,14. Kemudian diikuti oleh kenaikan yield obligasi AS tenor 10 tahun yang mencapai 4,7 persen.
Adapun KLM memberikan Insentif kepada sektor hilirisasi mineral dan batu bara (minerba), non-minerba, perumahan, pariwisata, Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM), ultra mikro (UMi), dan keuangan hijau.
Untuk sektor minerba, bank yang memberikan pembiayaan sebesar 3 persen hingga 7 persen menerima insentif potongan GWM sebesar 0,2 persen. Sementara yang bisa menyalurkan di atas 7 persen bisa menerima potongan sebesar 0,3 persen.
Pada sektor non-minerba, bank dengan pembiayaan 3 persen hingga 7 persen mendapatkan insentif GWM 0,6 persen, sedangkan yang di atas 7 persen mendapat potongan 0,8 persen.
Insentif pada sektor perumahan diberikan sebesar 0,5 persen untuk pembiayaan 3 persen hingga 7 persen dan sebesar 0,6 persen untuk pembiayaan di atas 7 persen. Adapun pada sektor pariwisata, besaran insentifnya masing-masing sebesar 0,25 persen dan 0,3 persen.
Untuk RPIM, insentif yang diberikan sebesar 0,1 persen hingga 1 persen untuk pembiayaan pada rentang 10 persen hingga 50 persen. Kemudian insentif UMi sebesar 0,3 persen untuk pembiayaan 0 persen hingga 3 persen dan sebesar 0,5 persen untuk rasio di atas 3 persen.
Terakhir yaitu pembiayaan pada kelompok hijau dengan besaran insentif 0,3 persen untuk rentang 0 persen hingga 5 persen dan insentif 0,5 persen untuk rasio di atas 5 persen.
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023
Tags: