Ankara (ANTARA) - Inflasi tahunan Turki naik menjadi di atas 60 persen pada September 2023, demikian menurut data resmi yang dipublikasikan pada Selasa (3/10), lapor Xinhua.

Meningkatnya biaya hidup mendorong lebih banyak rumah tangga yang kekurangan uang berpindah dari satu toko ke toko lain demi mendapatkan produk diskon.

Menurut Institut Statistik Turki, inflasi meningkat menjadi 61,53 persen secara tahunan (year on year/yoy) dengan kenaikan bulanan sebesar 4,75 persen pada September.

Setelah delapan bulan mencatatkan penurunan menjadi 38,2 persen pada Juni, tingkat terendah dalam satu setengah tahun, inflasi tahunan Turkiye kembali meningkat pada Juli, menjadi 47,8 persen dan 59 persen pada Agustus, akibat dari terus melemahnya lira di negara yang bergantung pada impor tersebut.
.


"Saya sedang tidak bekerja dan saat ini tinggal di rumah orang tua saya, jika tidak maka mustahil bagi saya untuk mengatasi beban inflasi," kata Tahsin Deniz Arpaci, seorang insinyur mesin yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), kepada Xinhua di ibu kota Turki, Ankara.

Meski peretail mengiklankan pemberian potongan harga untuk produk makanan dan barang lainnya, masih banyak item yang harganya lebih mahal dibandingkan tahun lalu, dan menemukan penawaran yang benar-benar murah mungkin menjadi suatu tantangan.

"Kami harus berpindah-pindah toko untuk mencari barang yang lebih murah, namun berisiko membayar lebih banyak ongkos transportasi (antartoko)," kata Arpaci mengeluh.
Xinhua


Menurut pakar pertanian Ali Ekber Yildirim, harga pangan akan terus meningkat di musim dingin, sehingga menyebabkan kesulitan yang lebih besar bagi keluarga.

"Inflasi produsen akan semakin meningkat dalam beberapa bulan mendatang karena harga energi, solar dan pupuk meningkat lebih dari dua kali lipat sejak awal tahun ini," katanya dalam blog videonya.
Xinhua


Sebuah tim ekonomi baru yang dia bentuk menaikkan suku bunga secara agresif dari 8,5 persen menjadi 30 persen sejak Juni guna mengendalikan inflasi yang tak kunjung mereda.

Namun, didorong oleh kenaikan pajak pemerintah, kenaikan upah yang besar, dan kenaikan nilai tukar mata uang, inflasi kembali meningkat dalam tiga bulan terakhir.

Turki mengalami inflasi dua digit berkepanjangan sejak akhir 2019, membuat biaya hidup sulit ditanggung oleh rumah tangga di seluruh negara itu meski ada kenaikan upah dan pensiun.

Setelah terpilih kembali pada Mei, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan, berjanji untuk meningkatkan perekonomian dan beralih dari kebijakan moneternya yang sangat longgar di masa jabatan sebelumnya

Pemerintah Turki menaikkan proyeksi inflasi tahunannya menjadi 65 persen untuk tahun ini dan memperkirakan inflasi baru akan memasuki tren penurunan pada paruh pertama 2024 mendatang.