Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mengingatkan pentingnya merumuskan strategi dan visi yang taktis dalam menyikapi dinamika global yang begitu cepat berubah.

“Kita harus membuat strateginya, strategi yang taktis, visi yang taktis, bukan visi yang terlalu mengawang-awang dan tak bisa dilaksanakan. Karena barang ini sudah lari ke mana-mana,” kata Presiden Joko Widodo dalam arahannya pada Peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXIV dan Alumni Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXV Tahun 2023 di Istana Negara, Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan sangat setuju dengan gagasan konektivitas digital ASEAN, serta dirumuskannya peta jalan kepemimpinan digital.

Hal-hal tersebut menurutnya penting dibuat untuk mengantisipasi semua perubahan dan dinamika global yang setiap hari berubah begitu sangat cepatnya.

“Termasuk perubahan teknologi dan digital. Di setiap pertemuan di ASEAN, di G20, ini terus yang dibahas karena perubahannya lebih cepat daripada regulasinya. Teknologinya lari, regulasinya belum ada. Tapi itu juga terjadi di negara kita. Tapi negara-negara besar juga tergagap-gagap mengejar larinya teknologi yang ada utamanya teknologi digital,” kata dia.

Meskipun demikian Presiden kembali menekankan semua pihak agar tidak takut dengan perubahan dan dinamika yang terjadi, sebab menurutnya tidak ada ruang di dunia tanpa dinamika.

“Kita harus sekarang ini mulai terbiasa dengan hal-hal itu, meski kadang suka terkaget-kaget. Belajar satu ini belum selesai, sudah keluar yang lainnya. Artificial intelligence keluar, muncul lagi generative artificial intelligence, dan yang lain-lain. Dan kita tidak bisa menghentikan namanya digitalisasi. Barangnya sudah ada, nggak bisa kita menghentikan. Kita juga nggak bisa menghentikan perubahan teknologi,” tegasnya.

Oleh karena itu Presiden menekankan pentingnya strategi dan visi taktis untuk merespons hal tersebut.
Baca juga: Presiden: ASN jangan alergi terhadap digitalisasi
Baca juga: Presiden Joko Widodo buka pameran produk kerajinan Inacraft 2023
Baca juga: Jokowi sebut krisis pangan sebagai dampak nyata perubahan iklim
Baca juga: Jokowi: Indonesia bukan negara "kaleng-kaleng"