BPS: Inflasi tahunan Jabar pada September 2023 sebesar 2,35 persen
4 Oktober 2023 05:49 WIB
Kepala BPS Provinsi Jawa Barat (Jabar) Marsudijono saat memberikan paparan bulanan, di Bandung, Senin (2/10/2023). ANTARA/HO-BPS Provinsi Jawa Barat.
Bandung (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS), Jawa Barat (Jabar) mencatat inflasi secara tahunan atau year on year (yoy) pada bulan September 2023 sebesar 2,35 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,95, dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mengalami penurunan.
“Ini menunjukkan tim TPID kami mampu berbuat banyak mengendalikan inflasi khususnya di Provinsi Jawa Barat. Sebelumnya pada (yoy) bulan Agustus kami mengalami inflasi 3,27 persen,” kata Kepala BPS Provinsi Jabar Marsudijono, di Bandung, Selasa (3/10).
Berdasarkan hasil pemantauan BPS di tujuh kota di Jabar pada September 2023 terjadi inflasi yoy sebesar 2,35 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 114,27 pada September 2022 menjadi 116,95 di September 2023.
Marsudijono mengungkapkan dari tujuh kota di Jabar, IHK seluruhnya mengalami inflasi tahunan pada September 2023, dengan tertinggi terjadi di Kota Cirebon sebesar 3,07 persen dan IHK 113,32, sementara yang terendah terjadi di Kota Depok sebesar 1,96 persen dengan IHK 116,95.
Sementara itu, kata dia lagi, kota-kota lainnya juga mengalami inflasi tahunan, yaitu Kota Bogor sebesar 2,98 persen dengan IHK 118,06, Kota Sukabumi sebesar 2,78 persen dengan IHK 115,74, Kota Bekasi sebesar 2,34 persen dengan IHK 118,01, Kota Bandung sebesar 2,30 persen dengan IHK 115,45 dan Kota Tasikmalaya sebesar 2,96 persen dengan IHK 114,34.
“Mudah-mudahan angka inflasi tinggal tiga bulan ke depan kami mampu sesuai target yang sudah dicanangkan oleh pemerintah,” kata dia pula.
Marsudijono menjelaskan inflasi ini terjadi karena kenaikan harga hampir seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,96 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,23 persen.
Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,34 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,53 persen; kelompok kesehatan sebesar 2,80 persen; kelompok transportasi sebesar 1,01 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 1,20 persen.
Kemudian kelompok pendidikan sebesar 1,99 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 3,35 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,08 persen.
Untuk komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi yoy pada September 2023, menurut Marsudijono, di antaranya beras, rokok kretek filter, sewa rumah, kontrak rumah, rokok putih, daging ayam ras, emas perhiasan, dan tukang bukan mandor.
Baca juga: BI prediksi inflasi di Jabar berkisar 3 persen hingga akhir 2023
Baca juga: BI Jabar yakin inflasi daerah akan terjaga sampai akhir 2023
“Ini menunjukkan tim TPID kami mampu berbuat banyak mengendalikan inflasi khususnya di Provinsi Jawa Barat. Sebelumnya pada (yoy) bulan Agustus kami mengalami inflasi 3,27 persen,” kata Kepala BPS Provinsi Jabar Marsudijono, di Bandung, Selasa (3/10).
Berdasarkan hasil pemantauan BPS di tujuh kota di Jabar pada September 2023 terjadi inflasi yoy sebesar 2,35 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 114,27 pada September 2022 menjadi 116,95 di September 2023.
Marsudijono mengungkapkan dari tujuh kota di Jabar, IHK seluruhnya mengalami inflasi tahunan pada September 2023, dengan tertinggi terjadi di Kota Cirebon sebesar 3,07 persen dan IHK 113,32, sementara yang terendah terjadi di Kota Depok sebesar 1,96 persen dengan IHK 116,95.
Sementara itu, kata dia lagi, kota-kota lainnya juga mengalami inflasi tahunan, yaitu Kota Bogor sebesar 2,98 persen dengan IHK 118,06, Kota Sukabumi sebesar 2,78 persen dengan IHK 115,74, Kota Bekasi sebesar 2,34 persen dengan IHK 118,01, Kota Bandung sebesar 2,30 persen dengan IHK 115,45 dan Kota Tasikmalaya sebesar 2,96 persen dengan IHK 114,34.
“Mudah-mudahan angka inflasi tinggal tiga bulan ke depan kami mampu sesuai target yang sudah dicanangkan oleh pemerintah,” kata dia pula.
Marsudijono menjelaskan inflasi ini terjadi karena kenaikan harga hampir seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,96 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,23 persen.
Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,34 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,53 persen; kelompok kesehatan sebesar 2,80 persen; kelompok transportasi sebesar 1,01 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 1,20 persen.
Kemudian kelompok pendidikan sebesar 1,99 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 3,35 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,08 persen.
Untuk komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi yoy pada September 2023, menurut Marsudijono, di antaranya beras, rokok kretek filter, sewa rumah, kontrak rumah, rokok putih, daging ayam ras, emas perhiasan, dan tukang bukan mandor.
Baca juga: BI prediksi inflasi di Jabar berkisar 3 persen hingga akhir 2023
Baca juga: BI Jabar yakin inflasi daerah akan terjaga sampai akhir 2023
Pewarta: Rubby Jovan Primananda
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: