DBS: The Fed berpotensi turunkan suku bunga 4,50 persen pada 2024
2 Oktober 2023 17:10 WIB
Head of Research DBS Group Maynard Arif (berdiri) dalam acara Group Interview Bersama Ekonom Bank DBS di Jakarta, Senin (2/10/2023). ANTARA/Bayu Saputra.
Jakarta (ANTARA) - Head of Research DBS Group Maynard Arif memproyeksikan bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) berpotensi menurunkan suku bunga acuan (FFR) di kisaran 4,50 persen pada akhir kuartal IV-2024.
“Di kuartal IV-2024 jadi 4,50 persen. Penurunan akan banyak terjadi di kuartal IV, mungkin mulai (turun) di akhir kuartal III-2024 bisa 25 (bps), tapi capai 50 basis poin (bps) di kuartal IV-2024,” kata Maynard dalam acara Group Interview Bersama Ekonom Bank DBS di Jakarta, Senin.
Namun ia memberikan catatan bahwa target proyeksi tersebut masih bisa berubah setiap bulannya tergantung arah keputusan dari The Fed.
Diketahui bahwa The Fed masih mempunyai beberapa jadwal pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) yang kemungkinan akan digelar pada akhir Oktober dan Desember 2023. Maynard mengimbau para pelaku pasar untuk terus mengawasi hasil pertemuan FOMC tersebut.
Maynard menjelaskan, sementara ini yang menjadi dasar bagi proyeksi DBS Group akan pergerakan suku bunga The Fed yaitu angka inflasi AS yang meningkat, serta angka pengangguran yang cenderung masih aman.
Adapun pada Agustus 2023, AS mencatatkan inflasi sebesar 3,7 persen secara tahunan (yoy), naik dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,2 persen (yoy).
“Kita bisa ubah lagi (proyeksi) akhir bulan ini, karena ada pertemuan lagi. Jadi kita juga boleh dibilang sih setiap bulan moving target, jadi tergantung angka inflasinya, seberapa bertahan. Kita melihatnya inflasi dan angka pengangguran,” jelas Maynard.
Untuk beberapa bulan ke depan, The Fed diperkirakan masih akan meningkatkan suku bunga acuan lebih tinggi lagi (peak), mengingat kondisi perekonomain global yang masih belum stabil.
“Mestinya sih sebentar lagi akan peak ya, tinggal kapan saja mereka mau nurunin (suku bunga). Ya naikin (suku bunga) sekali, dua kali, karena datanya kan inflasi menurun, dan pengangguran rendah,” ujarnya.
Adapun pertemuan FOMC pada 19-20 September 2023 menghasilkan keputusan bahwa The Fed mempertahankan suku bunga di level 5,25-5,50 persen. Keputusan itu menunjukkan sikap AS untuk tetap mempertahankan kebijakan moneter yang ketat atau hawkish yang diyakini mampu menurunkan angka inflasi tanpa merugikan perekonomian negara.
Pihak The Fed sendiri memperkirakan suku bunga acuan masih akan naik sekali lagi di kisaran puncak 5,50-5,75 persen.
Baca juga: Rupiah berpotensi melemah hingga Rp15.520 per dolar AS
Baca juga: Dolar turun dari tertinggi 10 bulan di awal Asia, yen rawan intervensi
“Di kuartal IV-2024 jadi 4,50 persen. Penurunan akan banyak terjadi di kuartal IV, mungkin mulai (turun) di akhir kuartal III-2024 bisa 25 (bps), tapi capai 50 basis poin (bps) di kuartal IV-2024,” kata Maynard dalam acara Group Interview Bersama Ekonom Bank DBS di Jakarta, Senin.
Namun ia memberikan catatan bahwa target proyeksi tersebut masih bisa berubah setiap bulannya tergantung arah keputusan dari The Fed.
Diketahui bahwa The Fed masih mempunyai beberapa jadwal pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) yang kemungkinan akan digelar pada akhir Oktober dan Desember 2023. Maynard mengimbau para pelaku pasar untuk terus mengawasi hasil pertemuan FOMC tersebut.
Maynard menjelaskan, sementara ini yang menjadi dasar bagi proyeksi DBS Group akan pergerakan suku bunga The Fed yaitu angka inflasi AS yang meningkat, serta angka pengangguran yang cenderung masih aman.
Adapun pada Agustus 2023, AS mencatatkan inflasi sebesar 3,7 persen secara tahunan (yoy), naik dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,2 persen (yoy).
“Kita bisa ubah lagi (proyeksi) akhir bulan ini, karena ada pertemuan lagi. Jadi kita juga boleh dibilang sih setiap bulan moving target, jadi tergantung angka inflasinya, seberapa bertahan. Kita melihatnya inflasi dan angka pengangguran,” jelas Maynard.
Untuk beberapa bulan ke depan, The Fed diperkirakan masih akan meningkatkan suku bunga acuan lebih tinggi lagi (peak), mengingat kondisi perekonomain global yang masih belum stabil.
“Mestinya sih sebentar lagi akan peak ya, tinggal kapan saja mereka mau nurunin (suku bunga). Ya naikin (suku bunga) sekali, dua kali, karena datanya kan inflasi menurun, dan pengangguran rendah,” ujarnya.
Adapun pertemuan FOMC pada 19-20 September 2023 menghasilkan keputusan bahwa The Fed mempertahankan suku bunga di level 5,25-5,50 persen. Keputusan itu menunjukkan sikap AS untuk tetap mempertahankan kebijakan moneter yang ketat atau hawkish yang diyakini mampu menurunkan angka inflasi tanpa merugikan perekonomian negara.
Pihak The Fed sendiri memperkirakan suku bunga acuan masih akan naik sekali lagi di kisaran puncak 5,50-5,75 persen.
Baca juga: Rupiah berpotensi melemah hingga Rp15.520 per dolar AS
Baca juga: Dolar turun dari tertinggi 10 bulan di awal Asia, yen rawan intervensi
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: