BPS: NTP September naik 2,05 persen dipicu produksi tanaman pangan
2 Oktober 2023 15:11 WIB
Tangkapan layar Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti memberikan keterangan dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (10/2/2023). (ANTARA/Aloysius Lewokeda)
Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) secara nasional pada September 2023 naik sebesar 2,05 persen dipicu kenaikan indeks harga sub sektor produksi tanaman.
“Indeks harga yang diterima petani naik sebesar 4,67 persen, lebih besar dibandingkan yang dibayar petani 0,12 persen,” kata Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, NTP pada September tercatat sebesar 114,14 persen atau naik 2,05 persen secara mont to month (m-t-m). Kenaikan itu trejadi karena indeks harga yang diterima petani pada September 2023 naik 2,27 persen, lebih besar dibandingkan indeks harga yang dibayar naik sebesar 0,21 persen.
Secara sub sektor, kenaikan NTP tertinggi terjadi pada produksi tanaman pangan yang naik 4,54 persen akibat harga yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang dibayar.
Sejumlah komoditas yang dominan mempengaruhi indeks harga diterima petani di sub sektor ini yaitu gabah, jagung, ketela pohon, dan ketela rambat.
Selain tanaman pangan, kenaikan NTP tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,62 persen juga turut menyumbang kenaikan NTP di September.
Sedangkan, lanjut Widyasanti, terdapat sejumlah sub sektor lain mengalami penurunan NTP yaitu holtikultura, peternakan, perikanan, nelayan, pembudidaya ikan.
Penurunan terdalam terjadi pada sub sektor holtikultura yang turun sebesar 3,34 persen.
Ia menjelaskan, penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima turun 3,12 persen, sedangkan yang dibayar naik sebesar 0,22 persen. Empat komoditas yang mendominasi penurunan adalah bawang merah, cabai rawit, tomat, dan cabai merah.
Widyasanti mengatakan, dari sisi sebaran antarwilayah, sebanyak 28 provinsi mengalami kenaikan NTP pada September dengan peningkatan tertinggi di Sulawesi Barat sebesar 4,17 persen. Peningkatan tertinggi terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat.
Sedangkan, enam provinsi lain mengalami penurunan NTP dengan penurunan terdalam terjadi di DKI Jakarta yang turun 1,40 persen. Penurunan terdalam terjadi pada sub sektor perikanan.
Baca juga: BPS: Komoditas beras penyumbang inflasi terbesar September 2023
Baca juga: BPS data harga gabah tertinggi di Sumbar capai Rp8.235 per kilogram
“Indeks harga yang diterima petani naik sebesar 4,67 persen, lebih besar dibandingkan yang dibayar petani 0,12 persen,” kata Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, NTP pada September tercatat sebesar 114,14 persen atau naik 2,05 persen secara mont to month (m-t-m). Kenaikan itu trejadi karena indeks harga yang diterima petani pada September 2023 naik 2,27 persen, lebih besar dibandingkan indeks harga yang dibayar naik sebesar 0,21 persen.
Secara sub sektor, kenaikan NTP tertinggi terjadi pada produksi tanaman pangan yang naik 4,54 persen akibat harga yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang dibayar.
Sejumlah komoditas yang dominan mempengaruhi indeks harga diterima petani di sub sektor ini yaitu gabah, jagung, ketela pohon, dan ketela rambat.
Selain tanaman pangan, kenaikan NTP tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,62 persen juga turut menyumbang kenaikan NTP di September.
Sedangkan, lanjut Widyasanti, terdapat sejumlah sub sektor lain mengalami penurunan NTP yaitu holtikultura, peternakan, perikanan, nelayan, pembudidaya ikan.
Penurunan terdalam terjadi pada sub sektor holtikultura yang turun sebesar 3,34 persen.
Ia menjelaskan, penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima turun 3,12 persen, sedangkan yang dibayar naik sebesar 0,22 persen. Empat komoditas yang mendominasi penurunan adalah bawang merah, cabai rawit, tomat, dan cabai merah.
Widyasanti mengatakan, dari sisi sebaran antarwilayah, sebanyak 28 provinsi mengalami kenaikan NTP pada September dengan peningkatan tertinggi di Sulawesi Barat sebesar 4,17 persen. Peningkatan tertinggi terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat.
Sedangkan, enam provinsi lain mengalami penurunan NTP dengan penurunan terdalam terjadi di DKI Jakarta yang turun 1,40 persen. Penurunan terdalam terjadi pada sub sektor perikanan.
Baca juga: BPS: Komoditas beras penyumbang inflasi terbesar September 2023
Baca juga: BPS data harga gabah tertinggi di Sumbar capai Rp8.235 per kilogram
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023
Tags: