Amerika Serikat kecam pernyataan Wali Kota Osaka
17 Mei 2013 16:22 WIB
Warga Jepang mengenakan kostum tentara imperial Jepang memberikan penghormatan bagi para korban Perang Dunia II di Kuil Yasukuni, Tokyo, Jepang, Senin (15/8), saat peringatan menyerahnya Jepang dalam perang 66 tahun lalu. (FOTO ANTARA/REUTERS/Issei Kato/ox/11.)
Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat, Kamis, mengecam komentar seorang wali kota Jepang, yang menyebut keberadaan "jugun ianfu" yang dipaksa untuk memberikan layanan seks dalam Perang Dunia II adalah suatu kebutuhan militer, sebagai suatu hal yang "keterlaluan".
Wali Kota Osaka Toru Hashimoto, yang komentarnya telah memicu kecaman, Kamis, menawarkan untuk bertemu dengan para mantan budak seks di masa perang untuk meminta maaf atas penderitaan mereka.
Tapi ia kembali menegaskan jika tentara Jepang bukan satu-satunya pasukan yang telah melakukan tindakan brutal pada perempuan, demikian laporan AFP.
"Komentar Wali Kota Hashimoto itu keterlaluan dan menyinggung," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki kepada wartawan.
"Sebagaimana Amerika Serikat telah nyatakan sebelumnya, apa yang terjadi di era itu pada para perempuan yang diperdagangkan untuk tujuan seksual adalah tercela dan jelas merupakan pelanggaran hak asasi manusia berat, yang sangat besar."
Washington kembali mengirim "simpati tulus dan mendalam kepada para korban, dan kami harap Jepang akan terus bekerja dengan negara-negara tetangganya untuk mengatasi ini dan masalah lain yang timbul dari masa lalu," tambah Psaki.
Sekitar 200 ribu "jugun ianfu" dari Korea, Cina, Filipina dan sejumlah negara lain dipaksa untuk bekerja di rumah bordil untuk melayani militer Jepang selama Perang Dunia II, menurut banyak sejarawan arus utama.
Penerjemah: GNC Aryani
Wali Kota Osaka Toru Hashimoto, yang komentarnya telah memicu kecaman, Kamis, menawarkan untuk bertemu dengan para mantan budak seks di masa perang untuk meminta maaf atas penderitaan mereka.
Tapi ia kembali menegaskan jika tentara Jepang bukan satu-satunya pasukan yang telah melakukan tindakan brutal pada perempuan, demikian laporan AFP.
"Komentar Wali Kota Hashimoto itu keterlaluan dan menyinggung," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki kepada wartawan.
"Sebagaimana Amerika Serikat telah nyatakan sebelumnya, apa yang terjadi di era itu pada para perempuan yang diperdagangkan untuk tujuan seksual adalah tercela dan jelas merupakan pelanggaran hak asasi manusia berat, yang sangat besar."
Washington kembali mengirim "simpati tulus dan mendalam kepada para korban, dan kami harap Jepang akan terus bekerja dengan negara-negara tetangganya untuk mengatasi ini dan masalah lain yang timbul dari masa lalu," tambah Psaki.
Sekitar 200 ribu "jugun ianfu" dari Korea, Cina, Filipina dan sejumlah negara lain dipaksa untuk bekerja di rumah bordil untuk melayani militer Jepang selama Perang Dunia II, menurut banyak sejarawan arus utama.
Penerjemah: GNC Aryani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013
Tags: