"Untuk tahap awal, sejumlah perguruan tinggi sudah menggunakan teknologi sertifikat digital Open Badge yang dikembangkan LecoS ini, yakni President University yang menggunakan teknologi ini untuk ijazah sarjana, " ujar CEO LecoS, No Won Seok, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Teknologi tersebut tak hanya digunakan untuk jenjang sarjana, tetapi juga sertifikat kompetensi. Open Badge dikembangkan sejak 2019, dan tersebar di Korea dan Jepang. Teknologi tersebut tersedia di Indonesia dibawa oleh PT IAM EDU NETWORKS (IEN).
Sertifikat digital Open Badge tersebut memiliki keunggulan yakni tidak dapat dimanipulasi, dan dibuat dengan teknologi berbasis rantai blok untuk mencatat pencapaian pendidikan, kualifikasi, keterampilan, atau pengalaman belajar individu.
Saat ini, sertifikat tersebut telah diterapkan dan digunakan di 150 universitas di Korea, termasuk Universitas Yonsei, Universitas Sungkyunkwan, Universitas Ewha, dan Universitas Hanyang, serta digunakan dalam bidang pelatihan oleh perusahaan-perusahaan seperti KT, Hunet, dan Udemy Korea.
Sertifikat itu dikirimkan kepada penerima sertifikat melalui surel pribadi dan disimpan di dompet sertifikat digital di ponsel mereka. Ketika diperlukan, sertifikat itu dapat diserahkan kepada perusahaan atau sekolah dan dapat diverifikasi kapan saja oleh LecoS menggunakan teknologi rantai blok (blockchain) dari kantor pusat mereka.
Sertifikat tersebut bermanfaat untuk memberikan informasi yang objektif mengenai kualifikasi, perincian pelatihan, institusi penerbit sertifikat, tanggal penerbitan, dan masa berlaku sertifikat.
Sebelumnya, dilakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Elex Media Komputindo dan PT IEN terkait perluasan penerapan sertifikat digital di Tanah Air. ***
Baca juga: Platform SatuSehat raih sertifikat ISO/IEC 27001:2013
Baca juga: Google sediakan 5.000 beasiswa keterampilan digital untuk Kemenkominfo