"Alkhairaat harus menjadi satu kekuatan Islam sesudah NU dan Muhammadiyah. Kita harapkan Alkhairaat menjadi kekuatan baru yang bermuara atau berpusat di Indonesia Timur," katanya sebelum pelaksanaan Muktamar Besar XI Alkhairaat, Rabu.
Alkhairaat memiliki rekam jejak dan sejarah yang panjang. Alkhairaat didirikan tahun 1930 di Palu oleh seorang ulama besar Al’ Alimul ‘Allamah Sayyid Idrus bin Salim Al Jufri. Sama seperti NU dan Muhammadiyah, Alkhairaat fokus pada pendidikan dan dakwah.
"Alkhairaat yang muncul dari Indonesia Timur bisa disejajarkan dengan NU dan Muhammadiyah," ujar Fadel Muhammad.
Muktamar Alkhairaat XI merupakan muktamar pertama yang diselenggarakan setelah hampir tiga tahun tertunda akibat pandemi COVID-19 dan bencana gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala.
Baca juga: Wakil Ketua MPR RI dukung hilirisasi sektor pangan di Gorontalo
Baca juga: Wakil Ketua MPR dorong ilmu kepemimpinan dan pebisnis ada di kampus
Kedua, Muktamar XI membahas materi-materi umum yang melibatkan pemerintahan. Ketiga, Muktamar XI Alkhairaat ini menjadi suatu ukhuwah pertemuan lima tahun sekali.
Fadel memastikan bahwa penyelenggaraan Muktamar XI Alkhairaat pada masa tahun politik dan menjelang Pemilu 2024 ini sama sekali tidak membahas tentang politik.
"Alkhairaat itu tidak ada unsur politik. Alkhairaat hanya mengurusi soal pendidikan dan dakwah, serta usaha sosial," ujarnya.
Fadel Muhammad berharap Muktamar XI Al Khairaat bisa berjalan lancar dan sukses. Muktamar XI Al Khairaat yang dihadiri sekitar 5.000 peserta dibuka secara resmi oleh Gubernur Sulawesi Tengah H. Rusdi Mastura.
Hadir dalam pembukaan Muktamar XI Alkhairaat, antara lain Ketua Utama Alkhairaat Habib Sayyid Alwi bin Saggaf Aljufri, Gubernur Maluku Utara Abdul Ghani Kasuba, Ketua Dewan Penasihat Alkhairaat Salim Segaf Aljufri, Bupati Sigi Mohammad Irwan Lapatta, Anggota DPR Anwar Hafid, dan jajaran pengurus besar Alkhairaat.