CPOPC kampanyekan keberlanjutan minyak sawit ke India
27 September 2023 13:31 WIB
Dokumentasi - Sekretaris Jenderal CPOPC Rizal Affandi Lukman dalam Media Briefing di Jakarta, Jumat (14/10/2022). (ANTARA/Kuntum Riswan)
Mumbai, India (ANTARA) - Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menjalankan misi bersama (joint mission) mengampanyekan aspek keberlanjutan minyak kelapa sawit ke India untuk menghadapi penerapan EU Deforestatio-Free Regulation (EUDR) lewat gelaran 2nd Sustainable Vegetable Oil Conference (SVOC).
Sekretaris Jenderal CPOPC Rizal Affandi Lukman mengatakan misi ke India menjadi sangat penting karena negara Hindustan itu merupakan salah satu importir minyak kelapa sawit terbesar setelah China.
“Tujuan ke India ini untuk datang sebagai misi bersama untuk engage (melibatkan) pihak India mengenai industri minyak kelapa sawit yang ada di India,” katanya di Mumbai, India, Rabu.
Rizal menuturkan pelibatan India dilakukan seiring dengan akan diimplementasikannya EU Deforestation-Free Regulation (EUDR) yang mewajibkan produk-produk berbahan baku minyak kelapa sawit agar memenuhi syarat keberlanjutan dan ketertelusuran bebas deforestasi.
Sebagai negara yang mengimpor minyak kelapa sawit dari Indonesia dan Malaysia untuk kemudian diolah dan diekspor kembali ke pasar Eropa, India punya peran penting dalam distribusi komoditas minyak nabati tersebut.
CPOPC pun memandang perlunya memberikan penjelasan yang komprehensif terkait asal usul dan nilai keberlanjutan yang telah dilakukan oleh Indonesia dan Malaysia dalam proses produksi minyak kelapa sawit yang India impor.
“Eropa itu trend setter isu, jadi bahaya jika dibiarkan. Makanya kami harus menjelaskan bahwa minyak kelapa sawit yang kita hasilkan ini sudah ada standar keberlanjutan dan telah memenuhi syarat. Kami juga sudah melakukan moratorium untuk tidak membuka lahan baru dan hanya melakukan intensifikasi untuk memenuhi permintaan pasar,” kata Rizal.
Deputi Sekretaris Jenderal CPOPC Datuk Nageeb Wahab menjelaskan meski merupakan importir terbesar, kampanye negatif soal minyak kelapa sawit di India dinilai cukup masif digaungkan.
“India ini pembeli terbesar minyak sawit tapi ada banyak persepsi negatif tentang sawit di sini, bahkan sampai di media sosial. Makanya kita mau memberi tahu mereka aspek positif minyak sawit ini lewat SVOC,” tambahnya.
Datuk Nageeb mengatakan pelibatan India dalam misi bersama Indonesia dan Malaysia sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit, penting dilakukan karena India adalah negara perantara ekspor minyak kelapa sawit ke Eropa.
“Walaupun ekspor langsung dari Malaysia dan Indonesia ke Eropa hanya sekitar 8 juta ton per tahun, tapi perlu diingat ada ekspor indirect (tidak langsung) lewat India dan China yang jumlahnya besar. Maka kita harus mengutamakan penanganan isu sustainability dengan China dan India,” kata Nageeb.
Rencananya Sekretaris Jenderal Kementerian Perladangan dan Komoditi Malaysia Dato' Haji Mad Zaidi Mohd Karli akan hadir dalam 2nd SVOC. Sementara itu, delegasi Indonesia akan dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga dan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud.
Kegiatan 2nd SVOC yang digelar di Mumbai, Rabu (27/9), merupakan konferensi lanjutan dari gelaran serupa sebelumnya di Bali, pada November 2022 lalu. Konferensi pertama kala itu membahas masalah ketahanan pangan akibat perang Rusia-Ukraina yang berimbas pada pasokan minyak nabati dunia.
Adapun 2nd SVOC akan membahas tantangan global dalam rantai pasokan minyak nabati dan memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan mengenai pembaruan dan visi terkini dalam mengembangkan strategi untuk memastikan keamanan pangan dan energi serta mengatasi permasalahan keberlanjutan serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
India dipilih menjadi lokasi penyelenggaraan SVOC sejalan dengan Presidensi G20, selain sebagai negara pengimpor terbesar sawit. Kegiatan SVOC juga digelar berturut-turut dengan Globoil India yang merupakan konferensi dan pameran internasional minyak masak, minyak nabati dan oleokimia.
Baca juga: CPOPC libatkan generasi muda wujudkan industri sawit berkelanjutan
Baca juga: CPOPC dan Solidaridad Asia kerja sama kuatkan akses pasar minyak sawit
Sekretaris Jenderal CPOPC Rizal Affandi Lukman mengatakan misi ke India menjadi sangat penting karena negara Hindustan itu merupakan salah satu importir minyak kelapa sawit terbesar setelah China.
“Tujuan ke India ini untuk datang sebagai misi bersama untuk engage (melibatkan) pihak India mengenai industri minyak kelapa sawit yang ada di India,” katanya di Mumbai, India, Rabu.
Rizal menuturkan pelibatan India dilakukan seiring dengan akan diimplementasikannya EU Deforestation-Free Regulation (EUDR) yang mewajibkan produk-produk berbahan baku minyak kelapa sawit agar memenuhi syarat keberlanjutan dan ketertelusuran bebas deforestasi.
Sebagai negara yang mengimpor minyak kelapa sawit dari Indonesia dan Malaysia untuk kemudian diolah dan diekspor kembali ke pasar Eropa, India punya peran penting dalam distribusi komoditas minyak nabati tersebut.
CPOPC pun memandang perlunya memberikan penjelasan yang komprehensif terkait asal usul dan nilai keberlanjutan yang telah dilakukan oleh Indonesia dan Malaysia dalam proses produksi minyak kelapa sawit yang India impor.
“Eropa itu trend setter isu, jadi bahaya jika dibiarkan. Makanya kami harus menjelaskan bahwa minyak kelapa sawit yang kita hasilkan ini sudah ada standar keberlanjutan dan telah memenuhi syarat. Kami juga sudah melakukan moratorium untuk tidak membuka lahan baru dan hanya melakukan intensifikasi untuk memenuhi permintaan pasar,” kata Rizal.
Deputi Sekretaris Jenderal CPOPC Datuk Nageeb Wahab menjelaskan meski merupakan importir terbesar, kampanye negatif soal minyak kelapa sawit di India dinilai cukup masif digaungkan.
“India ini pembeli terbesar minyak sawit tapi ada banyak persepsi negatif tentang sawit di sini, bahkan sampai di media sosial. Makanya kita mau memberi tahu mereka aspek positif minyak sawit ini lewat SVOC,” tambahnya.
Datuk Nageeb mengatakan pelibatan India dalam misi bersama Indonesia dan Malaysia sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit, penting dilakukan karena India adalah negara perantara ekspor minyak kelapa sawit ke Eropa.
“Walaupun ekspor langsung dari Malaysia dan Indonesia ke Eropa hanya sekitar 8 juta ton per tahun, tapi perlu diingat ada ekspor indirect (tidak langsung) lewat India dan China yang jumlahnya besar. Maka kita harus mengutamakan penanganan isu sustainability dengan China dan India,” kata Nageeb.
Rencananya Sekretaris Jenderal Kementerian Perladangan dan Komoditi Malaysia Dato' Haji Mad Zaidi Mohd Karli akan hadir dalam 2nd SVOC. Sementara itu, delegasi Indonesia akan dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga dan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud.
Kegiatan 2nd SVOC yang digelar di Mumbai, Rabu (27/9), merupakan konferensi lanjutan dari gelaran serupa sebelumnya di Bali, pada November 2022 lalu. Konferensi pertama kala itu membahas masalah ketahanan pangan akibat perang Rusia-Ukraina yang berimbas pada pasokan minyak nabati dunia.
Adapun 2nd SVOC akan membahas tantangan global dalam rantai pasokan minyak nabati dan memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan mengenai pembaruan dan visi terkini dalam mengembangkan strategi untuk memastikan keamanan pangan dan energi serta mengatasi permasalahan keberlanjutan serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
India dipilih menjadi lokasi penyelenggaraan SVOC sejalan dengan Presidensi G20, selain sebagai negara pengimpor terbesar sawit. Kegiatan SVOC juga digelar berturut-turut dengan Globoil India yang merupakan konferensi dan pameran internasional minyak masak, minyak nabati dan oleokimia.
Baca juga: CPOPC libatkan generasi muda wujudkan industri sawit berkelanjutan
Baca juga: CPOPC dan Solidaridad Asia kerja sama kuatkan akses pasar minyak sawit
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023
Tags: