Ambon (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku mengemukakan dalam merancang program penanggulangan kemiskinan di provinsi ini diperlukan data yang akurat, agar bisa berhasil dan tepat sasaran.

"Pengukuran kemiskinan yang terpercaya dapat menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan upaya penurunan kemiskinan," kata Kepala BPS Maluku Maritje Pattiwalapia, di Ambon, Selasa.

Ia menyampaikan hal itu pada Seminar Statistik Berkualitas dengan tema Tantangan dan Peluang Mengatasi Kemiskinan Maluku: Peran Statistik Berkualitas untuk kemajuan Maluku" yang digelar dalam rangka memperingati Hari Statistik ke-63 tahun 2023.

Maritje menekankan salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedia data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran.

"Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan. Membandingkan kemiskinan antarwaktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka," katanya pula.

Maritje juga mengakui, secara umum kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Definisi yang luas ini menunjukkan kemiskinan merupakan masalah multidimensional, sehingga tidak mudah untuk mengukur kemiskinan dan perlu kesepakatan pendekatan pengukuran yang dipakai.

Ia memaparkan untuk mengukur tingkat kemiskinan Indonesia, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).

Dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan makanan dan bukan makanan.

Ia berharap lewat data yang akurat dapat menjadi rujukan bagi Pemprov Maluku dalam upaya mengurangi tingkat kemiskinan.

Seminar yang diikuti oleh organisasi perangkat daerah (OPD), kementerian dan lembaga terkait menghadirkan tiga narasumber, yaitu Kepala BPS Maluku Maritje Pattiwalapia, Ketua Tim Gubernur Percepatan Pembangunan Provinsi Maluku Hadi Basalamah, dan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pattimura Izaaach Matitaputty.

Ketua Tim Gubernur Percepatan Pembangunan Provinsi Maluku Hadi Basalamah menjabarkan upaya yang dilakukan pemerintah provinsi dalam menanggulangi kemiskinan, salah satunya tiap OPD memiliki satu desa binaan guna percepatan penurunan angka kemiskinan.

"Menurunkan angka kemiskinan di Maluku ini perlu kerja kolaborasi," kata dia pula.

Berdasarkan data yang dihimpun jumlah penduduk miskin ekstrem di Maluku mencapai 97.747 jiwa, dengan total rumah tangga miskin ekstrem 22.110 rumah tangga.

Lima daerah di Maluku yang masuk kategori kemiskinan ekstrem ditangani pemerintah adalah Kabupaten Maluku Tengah, Maluku Barat Daya, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, dan Kabupaten Seram Bagian Timur.
Baca juga: Wagub minta penjabat Wali Kota prioritaskan atasi kemiskinan di Ambon
Baca juga: Daerah prioritas hapus kemiskinan ekstrem mulai mutakhirkan data PK21