BNPB: Jawa hingga Nusa Tenggara waspada kekeringan September-Oktober
26 September 2023 19:04 WIB
Dua orang anak bermain di lahan sawah yang mengalami kekeringan di Cibiru Hilir, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengindikasi potensi kekeringan meteorologis di sejumlah wilayah Indonesia hingga dua dasarian ke depan dengan status waspada hingga awas. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/NZ (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada masyarakat di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara untuk waspada terhadap potensi kekeringan pada 25 September - 1 Oktober 2023.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dari siaran daring yang diikuti di Jakarta, Selasa, menyebut wilayah tersebut dinilai Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memiliki tingkat kemudahan pembakar lapisan permukaan tanah.
Baca juga: BMKG: Hujan diprediksi November, usai kemarau kering berkurang
"Jawa, Bali dan Nusa Tenggara harus tetap waspada dan distribusi air bersih tetap harus dilakukan," kata Abdul.
Abdul juga mencatat wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara masih memiliki potensi dampak kekeringan, yang dapat mempengaruhi tingkat kemudahan terbakar dari lahan yang ada.
Namun, di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya wilayah di atas garis ekuatorial, potensi bencana hidrometeorologi basah dapat terjadi. Sehingga, pada pekan tersebut, Indonesia mendapatkan dua bencana hidrometeorologi secara bersamaan.
Baca juga: Pemerintah antisipasi potensi kekeringan lewat pengadaan air bersih
Baca juga: BMKG: Pemda perlu segera antisipasi potensi kekeringan akibat El Nino
Abdul mengimbau masyarakat di wilayah Sumatera bagian tengah ekuatorial ke utara untuk segera mengevakuasi diri apabila hujan lebih dari 1 jam dan mengganggu obyek penglihatan.
"Selain itu, hindari berada pada kawasan yang terdampak bencana, seperti banjir di Pariaman kemarin, ada longsor di daerah pinggir sungai, tapi masyarakat berkumpul cukup banyak, karena tidak bisa ditebak, ekskalasi daerah terdampak itu terjadi dengan sangat cepat," kata Abdul.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dari siaran daring yang diikuti di Jakarta, Selasa, menyebut wilayah tersebut dinilai Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memiliki tingkat kemudahan pembakar lapisan permukaan tanah.
Baca juga: BMKG: Hujan diprediksi November, usai kemarau kering berkurang
"Jawa, Bali dan Nusa Tenggara harus tetap waspada dan distribusi air bersih tetap harus dilakukan," kata Abdul.
Abdul juga mencatat wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara masih memiliki potensi dampak kekeringan, yang dapat mempengaruhi tingkat kemudahan terbakar dari lahan yang ada.
Namun, di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya wilayah di atas garis ekuatorial, potensi bencana hidrometeorologi basah dapat terjadi. Sehingga, pada pekan tersebut, Indonesia mendapatkan dua bencana hidrometeorologi secara bersamaan.
Baca juga: Pemerintah antisipasi potensi kekeringan lewat pengadaan air bersih
Baca juga: BMKG: Pemda perlu segera antisipasi potensi kekeringan akibat El Nino
Abdul mengimbau masyarakat di wilayah Sumatera bagian tengah ekuatorial ke utara untuk segera mengevakuasi diri apabila hujan lebih dari 1 jam dan mengganggu obyek penglihatan.
"Selain itu, hindari berada pada kawasan yang terdampak bencana, seperti banjir di Pariaman kemarin, ada longsor di daerah pinggir sungai, tapi masyarakat berkumpul cukup banyak, karena tidak bisa ditebak, ekskalasi daerah terdampak itu terjadi dengan sangat cepat," kata Abdul.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023
Tags: