NIC dan SESNA komitmen hasilkan nikel ramah lingkungan dengan PLTS
26 September 2023 16:30 WIB
Sustainability Manager Nickel Industries Muchtazar saat memaparkan penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk pertambangan dan pengolahan nikel, di kantor Perum LKBN ANTARA, Jakarta, Selasa (26/9/2023). ANTARA/Irfan
Jakarta (ANTARA) - Nickel Industries (NIC) terus berkomitmen dalam menghasilkan produk nikel yang ramah lingkungan dan menghasilkan sedikit karbon, salah satu caranya adalah berkolaborasi dengan PT Sumber Energi Surya Nusantara (SESNA), perusahaan energi terbarukan yang berfokus pada pengembangan energi surya.
Sustainability Manager NIC Muchtazar mengatakan, telah berkomitmen bersama SESNA untuk mengurangi jejak karbon, guna menghasilkan nikel yang bersih dan berkelanjutan. Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dianggap sebagai langkah konkrit untuk mengurangi emisi karbon.
"Ini salah satu upaya yang kami lakukan untuk mengurangi jejak karbon kami, di antaranya melalui kolaborasi dengan SESNA dan juga efisienkan penggunaan energi kami," ujar Muchtazar saat berbincang dengan ANTARA di Jakarta, Selasa.
Muchtazar menjelaskan, kawasan tambang dan pengolahan nikel yang berada di Morowali, Sulawesi Tengah memiliki potensi energi surya yang besar sehingga sangat memungkinkan untuk operasional produksi nikel.
Kerja sama dengan SESNA dinilai sebagai kolaborasi yang sangat strategis. Berdasarkan hasil evaluasi dari sejumlah potensi energi terbarukan seperti hidropower, angin dan matahari, ternyata pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) memiliki potensi yang besar untuk dijalankan dalam memproduksi nikel.
"Kami senang sekali bisa kolaborasi dengan SESNA yang merupakan provider untuk tenaga surya yang berasal dari Indonesia. Jadi, kami ingin memprioritaskan untuk partner-partner lokal karena kami ingin keberadaan perusahaan bisa berkontribusi positif untuk perkembangan Indonesia," kata Muchtazar.
Sebagai permulaan proyek NIC melalui anak perusahaannya, PT Hengjaya Mineralindo, mulai memanfaatkan PLTS hibrida dengan kapasitas awal 395 kilowatt peak (kWp) untuk melihat keunggulan dari penggunaan sumber energi surya.
Penggunaan PLTS yang dikembangkan oleh SESNA tersebut ditujukan guna mendukung operasional tambang dan mess karyawan.
Melihat performa yang baik dari proyek ini, NIC kemudian melanjutkan pengembangan proyek dengan kapasitas yang lebih besar yakni 200 megawatt peak (MWp) untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi aktivitas pengolahan atau smelter nikel yang berada di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park.
"Sejauh ini kami sangat puas dengan kolaborasi ini, dan ingin segera meningkatkan kapasitas energi yang dihasilkan dari tenaga surya ini, baik untuk di tambang dan smelter kami ke depannya," kata Muchtazar.
Pemanfaatan PLTS sejalan dengan program keberlanjutan yang dijalankan oleh Nickel Industries, khususnya pada pilar lingkungan.
Di mana pihak NIC berusaha untuk menghasilkan nikel yang ramah lingkungan atau rendah jejak karbon.
Saat ini nikel disebut sebagai salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan berbagai macam produk, salah satunya produk baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Oleh karena itu, diharapkan penggunaan PLTS dapat menghasilkan nikel yang diproses secara berkelanjutan.
Muchtazar juga menampik bahwa operasional yang dikeluarkan untuk penggunaan EBT cukup mahal. Menurutnya, PLTS justru bisa lebih menghemat biaya.
"Kerja sama dengan SESNA, energi terbarukan ini bisa diperoleh dengan biaya yang sama atau bahkan lebih murah dari yang konventional. Jadi sebetulnya dengan menerapkan EBT ini kita bisa berhemat juga dalam jangka panjang," ujar Muchtazar.
NIC berharap kerja sama pembangunan PLTS dengan SESNA dapat berkelanjutan ke depannya, agar bisnis tambang dan pengolahan nikel dapat terus berjalan dengan baik.
Reputasi Nickel Industries di dunia pertambangan nikel cukup disegani, pada awal September 2023, perusahaan ini mendapat predikat Sustainability dari TrenAsia ESG Awards.
PT Sumber Energi Surya Nusantara (SESNA) merupakan perusahaan energi terbarukan lokal yang berfokus pada pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
Adapun fokusnya sebagai penyedia solusi mulai dari proses pengembangan, engineering, pengadaan & konstruksi, serta operasi & pemeliharaan.
SESNA juga menyediakan skema investasi ZERO CAPEX atau Solar Rental untuk industri pertambangan yang berminat untuk bertransisi ke energi terbarukan dengan lebih efisien.
Sustainability Manager NIC Muchtazar mengatakan, telah berkomitmen bersama SESNA untuk mengurangi jejak karbon, guna menghasilkan nikel yang bersih dan berkelanjutan. Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dianggap sebagai langkah konkrit untuk mengurangi emisi karbon.
"Ini salah satu upaya yang kami lakukan untuk mengurangi jejak karbon kami, di antaranya melalui kolaborasi dengan SESNA dan juga efisienkan penggunaan energi kami," ujar Muchtazar saat berbincang dengan ANTARA di Jakarta, Selasa.
Muchtazar menjelaskan, kawasan tambang dan pengolahan nikel yang berada di Morowali, Sulawesi Tengah memiliki potensi energi surya yang besar sehingga sangat memungkinkan untuk operasional produksi nikel.
Kerja sama dengan SESNA dinilai sebagai kolaborasi yang sangat strategis. Berdasarkan hasil evaluasi dari sejumlah potensi energi terbarukan seperti hidropower, angin dan matahari, ternyata pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) memiliki potensi yang besar untuk dijalankan dalam memproduksi nikel.
"Kami senang sekali bisa kolaborasi dengan SESNA yang merupakan provider untuk tenaga surya yang berasal dari Indonesia. Jadi, kami ingin memprioritaskan untuk partner-partner lokal karena kami ingin keberadaan perusahaan bisa berkontribusi positif untuk perkembangan Indonesia," kata Muchtazar.
Sebagai permulaan proyek NIC melalui anak perusahaannya, PT Hengjaya Mineralindo, mulai memanfaatkan PLTS hibrida dengan kapasitas awal 395 kilowatt peak (kWp) untuk melihat keunggulan dari penggunaan sumber energi surya.
Penggunaan PLTS yang dikembangkan oleh SESNA tersebut ditujukan guna mendukung operasional tambang dan mess karyawan.
Melihat performa yang baik dari proyek ini, NIC kemudian melanjutkan pengembangan proyek dengan kapasitas yang lebih besar yakni 200 megawatt peak (MWp) untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi aktivitas pengolahan atau smelter nikel yang berada di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park.
"Sejauh ini kami sangat puas dengan kolaborasi ini, dan ingin segera meningkatkan kapasitas energi yang dihasilkan dari tenaga surya ini, baik untuk di tambang dan smelter kami ke depannya," kata Muchtazar.
Pemanfaatan PLTS sejalan dengan program keberlanjutan yang dijalankan oleh Nickel Industries, khususnya pada pilar lingkungan.
Di mana pihak NIC berusaha untuk menghasilkan nikel yang ramah lingkungan atau rendah jejak karbon.
Saat ini nikel disebut sebagai salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan berbagai macam produk, salah satunya produk baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Oleh karena itu, diharapkan penggunaan PLTS dapat menghasilkan nikel yang diproses secara berkelanjutan.
Muchtazar juga menampik bahwa operasional yang dikeluarkan untuk penggunaan EBT cukup mahal. Menurutnya, PLTS justru bisa lebih menghemat biaya.
"Kerja sama dengan SESNA, energi terbarukan ini bisa diperoleh dengan biaya yang sama atau bahkan lebih murah dari yang konventional. Jadi sebetulnya dengan menerapkan EBT ini kita bisa berhemat juga dalam jangka panjang," ujar Muchtazar.
NIC berharap kerja sama pembangunan PLTS dengan SESNA dapat berkelanjutan ke depannya, agar bisnis tambang dan pengolahan nikel dapat terus berjalan dengan baik.
Reputasi Nickel Industries di dunia pertambangan nikel cukup disegani, pada awal September 2023, perusahaan ini mendapat predikat Sustainability dari TrenAsia ESG Awards.
PT Sumber Energi Surya Nusantara (SESNA) merupakan perusahaan energi terbarukan lokal yang berfokus pada pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
Adapun fokusnya sebagai penyedia solusi mulai dari proses pengembangan, engineering, pengadaan & konstruksi, serta operasi & pemeliharaan.
SESNA juga menyediakan skema investasi ZERO CAPEX atau Solar Rental untuk industri pertambangan yang berminat untuk bertransisi ke energi terbarukan dengan lebih efisien.
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: