Anak muda bisa berkontribusi dalam pelestarian batik sesuai minat
25 September 2023 17:47 WIB
Ilustrasi - Salah seorang pembatik dari Batik Kaputren mengajarkan anak-anak cara membatik saat Indonesia Climate Change Expo and Forum (ICCEF) 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Surabaya. (ANTARA/HO-APP Sinar Mas)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Unit Museum Batik Indonesia sub Koordinator Museum Nasional Indonesia dan Museum Bank Indonesia Archangela Yudi Aprianingrum mengatakan anak muda bisa berkontribusi dengan berbagai cara dalam usaha untuk ikut melestarikan batik di Indonesia sesuai minat dan kemampuan.
“Gimana generasi muda ini kalau mau membantu melestarikan batik tidak harus menjadi pembatik bisa mengambil peran mana terserah yang dia suka, misalkan dia kuliahnya bidang biologi mungkin mengembangkan tanaman pewarna agar produktivitasnya tinggi,” ucap Aprianingrum (Arum) saat ditemui dalam konferensi pers Hari Batik Nasional di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan proses membatik yang panjang dari hulu hingga hilir mulai pra produksi, produksi sampai distribusi, bisa diisi oleh tenaga anak muda sesuai dengan kemampuannya meskipun tidak sebagai perajin batik.
Baca juga: Filolog Unand kembangkan iluminasi naskah kuno jadi motif batik
Keterlibatan generasi muda seperti pada pembuatan kain dengan inovasi teknologi mesin sampai pada distribusi ke masyarakat bisa dipilih jika ingin berkontribusi melestarikan batik dengan caranya sendiri. Tidak hanya pada generasi Z, bahkan hingga generasi Alfa selanjutnya, kata Arum, bisa membantu ikut melestarikan batik di Indonesia.
Arum juga menilai ketertarikan generasi muda bisa dibilang cukup tinggi terhadap keinginannya mencoba hal baru seperti membatik dengan banyaknya undangan untuk membuat workshop tentang batik.
“Sesuatu yang baru itu pasti menyenangkan, jadi cukup tinggi interest-nya untuk mencoba, nyatanya undangan ke kami untuk membuat workshop batik itu banyak jadi minat masyarakat itu cukup tinggi,” katanya.
Melalui dibukanya Museum Batik di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Arum juga mengajak siapapun untuk bergabung dan ikut mempelajari batik. Tidak hanya mengikuti kegiatan yang diadakan di Museum Batik, Arum juga mengajak generasi muda untuk mengundang pihak Museum Batik jika ada yang ingin diedukasi tentang batik.
Baca juga: G-Pluck gencar promosikan batik kala tampil di Tong Tong Fair 2023
Museum Batik juga rutin mengadakan workshop membatik untuk membuat batik tulis, dari tahapan mencanting sampai pencelupan, yang dapat memberikan pengalaman baru dan menjadi inspirasi untuk ikut melestarikan batik.
Museum Batik di TMII menghadirkan koleksi 730 kain batik kolaborasi dengan Yayasan Batik Indonesia. Tiap 3 sampai 6 bulan sekali koleksi akan diputar untuk perawatan batik, dengan sekali pameran akan ditampilkan sekitar 100 koleksi kain.
Ke depan, Museum Batik juga akan menerima hibah batik dari komunitas maupun koleksi pribadi yang bisa ditampilkan di ruang pameran museum.
“Entah dari komunitas, dari pribadi, kami juga sedang mengusahakan batik-batik kepala negara kalau ada yang mau menyumbangkan dan memang cocok dengan storyline kami, tentunya melalui kurasi oleh kurator museum,” kata Arum.
Baca juga: Pura Mangkunegaran akan libatkan UMKM selenggarakan bulan batik
“Gimana generasi muda ini kalau mau membantu melestarikan batik tidak harus menjadi pembatik bisa mengambil peran mana terserah yang dia suka, misalkan dia kuliahnya bidang biologi mungkin mengembangkan tanaman pewarna agar produktivitasnya tinggi,” ucap Aprianingrum (Arum) saat ditemui dalam konferensi pers Hari Batik Nasional di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan proses membatik yang panjang dari hulu hingga hilir mulai pra produksi, produksi sampai distribusi, bisa diisi oleh tenaga anak muda sesuai dengan kemampuannya meskipun tidak sebagai perajin batik.
Baca juga: Filolog Unand kembangkan iluminasi naskah kuno jadi motif batik
Keterlibatan generasi muda seperti pada pembuatan kain dengan inovasi teknologi mesin sampai pada distribusi ke masyarakat bisa dipilih jika ingin berkontribusi melestarikan batik dengan caranya sendiri. Tidak hanya pada generasi Z, bahkan hingga generasi Alfa selanjutnya, kata Arum, bisa membantu ikut melestarikan batik di Indonesia.
Arum juga menilai ketertarikan generasi muda bisa dibilang cukup tinggi terhadap keinginannya mencoba hal baru seperti membatik dengan banyaknya undangan untuk membuat workshop tentang batik.
“Sesuatu yang baru itu pasti menyenangkan, jadi cukup tinggi interest-nya untuk mencoba, nyatanya undangan ke kami untuk membuat workshop batik itu banyak jadi minat masyarakat itu cukup tinggi,” katanya.
Melalui dibukanya Museum Batik di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Arum juga mengajak siapapun untuk bergabung dan ikut mempelajari batik. Tidak hanya mengikuti kegiatan yang diadakan di Museum Batik, Arum juga mengajak generasi muda untuk mengundang pihak Museum Batik jika ada yang ingin diedukasi tentang batik.
Baca juga: G-Pluck gencar promosikan batik kala tampil di Tong Tong Fair 2023
Museum Batik juga rutin mengadakan workshop membatik untuk membuat batik tulis, dari tahapan mencanting sampai pencelupan, yang dapat memberikan pengalaman baru dan menjadi inspirasi untuk ikut melestarikan batik.
Museum Batik di TMII menghadirkan koleksi 730 kain batik kolaborasi dengan Yayasan Batik Indonesia. Tiap 3 sampai 6 bulan sekali koleksi akan diputar untuk perawatan batik, dengan sekali pameran akan ditampilkan sekitar 100 koleksi kain.
Ke depan, Museum Batik juga akan menerima hibah batik dari komunitas maupun koleksi pribadi yang bisa ditampilkan di ruang pameran museum.
“Entah dari komunitas, dari pribadi, kami juga sedang mengusahakan batik-batik kepala negara kalau ada yang mau menyumbangkan dan memang cocok dengan storyline kami, tentunya melalui kurasi oleh kurator museum,” kata Arum.
Baca juga: Pura Mangkunegaran akan libatkan UMKM selenggarakan bulan batik
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023
Tags: