Surabaya (ANTARA News) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyatakan siap membantu petani garam dengan program membranisasi lahan garam untuk menghasilkan garam berkualitas satu yang bernilai tinggi.

"Sebagai Menteri BUMN, saya masih mencoba program membranisasi pada lahan milik PT Garam, karena lahan garam milik petani itu wewenang Kementerian Kelautan atau Perindustrian," katanya di Surabaya, Sabtu.

Ia mengemukakan hal itu ketika menanggapi pertanyaan Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, KH Kholilur Rahman, dalam dialog pada Seminar Ekonomi Syariah dan Hukum yang digelar Pengurus Wilayah NU (PWNU) untuk memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-90 NU dan seminar pra-Konperensi Wilayah NU pada 31 Mei-2 Juni.

PCNU Sumenep meminta Menteri BUMN untuk memosisikan PT Garam semacam Badan Urusan Logistik (Bulog), agar tidak memiliki dua peran, yakni petani dan pedagang yang akhirnya membuat petani sulit.

"PT Garam itu merupakan BUMN yang paling dhuafa daripada BUMN lainnya, tapi saya tidak bisa memilih. Sebagai Menteri BUMN, saya harus menerima BUMN apapun. Akhirnya, kita lakukan diskusi dan kita sudah menemukan cara bertani yang modern," katanya.

Cara bertani garam yang modern adalah lahan PT Garam harus diberi membran, sehingga tidak langsung ke tanah dan akhirnya menciptakan garam kelas satu, bukan garam kelas dua dan tiga yang bercampur tanah dan harganya merosot.

"Kalau cara itu sukses, nanti saya akan melakukan program membranisasi untuk petani. Kita sudah melakukan membranisasi dalam 1,5 tahun hingga dua tahun, dan hasilnya luar biasa. Sabar, nanti akan saya bantu petani kalau PT Garam sudah bergerak," katanya.

Bahkan, katanya, program membranisasi itu akan dilakukan secara bertahap melalui data susunan petani termiskin di Madura.

"Nanti, kita akan membantu secara skala prioritas dan akan dikembangkan terus kepada petani lain, bahkan hingga ke luar Madura," katanya.

Dalam diskusi di hadapan ratusan pengurus NU se-Jatim, Dahlan menegaskan bahwa kondisi perekonomian Indonesia pada 15 tahun mendatang akan berbeda sama sekali dengan sekarang.

"Pada 15 tahun lalu saja, pendapatan per kapita bangsa kita hanya 600 dolar AS, tapi sekarang sudah 3.500 dolar AS per kapita, karena itu 15 tahun mendatang tentu akan lebih besar lagi dan kita perkirakan mencapai 10.000 dolar AS per kapita," katanya.

Bahkan, katanya, banyak kalangan meramalkan perekonomian Indonesia akan masuk 10 besar dunia pada tahun 2030.

"Tapi, kita belum tahu ruh ekonomi Indonesia akan seperti apa, apakah kapitalis, wahabi, atau apa," katanya.

Terkait ruh perekonomian Indonesia di masa depan itu, pimpinan Bank Syariah Mandiri, BRI, dan BNI menawarkan kerja sama dengan pengurus NU se-Jatim untuk mengembangkan ekonomi syariah melalui pemberdayaan usaha kecil mikro (UKM) dan penyaluran dana sosial untuk pemberdayaan ustadz (guru), baik di madrasah maupun pesantren.