New York (ANTARA) - Wall Street turun pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), mengakhiri minggu yang penuh gejolak ketika imbal hasil obligasi pemerintah mencapai level tertinggi dalam 16 tahun dan investor mencerna revisi prospek hawkish Federal Reserve.

Indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 106,58 poin atau 0,31 persen, menjadi menetap di 33.963,84 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 9,94 poin atau 0,23 persen, menjadi berakhir di 4.320,06 poin. Indeks Komposit Nasdaq turun 12,18 poin atau 0,09 persen, menjadi ditutup di 13.211,81 poin.

Di antara 11 sektor utama dalam S&P 500, sektor konsumer non-primer mengalami persentase kerugian paling besar, sementara teknologi dan energi merupakan dua sektor yang memperoleh keuntungan.

Ketiga indeks utama saham AS terombang-ambing hampir sepanjang sesi tetapi berakhir di zona merah.

Ketiganya membukukan kerugian mingguan, dengan S&P 500 dan Nasdaq mencatat persentase penurunan Jumat-Jumat terbesar sejak Maret.

Pada Kamis (21/9), S&P 500 turun di bawah rata-rata pergerakan 100 hari - level support utama - untuk pertama kalinya sejak Maret. Kegagalan untuk menembus di atas level tersebut menunjukkan bahwa indeks masih berada di bawah tekanan turun.

"Minggu ini adalah tentang beberapa pesan Fed yang bertabrakan dengan investor ekuitas yang terlalu optimis," kata Zachary Hill, kepala manajemen portofolio di Horizon Investments di Charlotte, North Carolina.

Hill menambahkan bahwa investor "ingin memperdagangkan suku bunga puncak selama hampir satu tahun sekarang." Namun dia mengatakan hal itu sudah jelas dalam pernyataan Ketua Fed Jerome Powell minggu ini, "dan dalam dot plot bahwa The Fed berpendapat kita belum sampai di sana."

"Aksi saham minggu ini adalah tentang mencerna kenyataan tersebut."

Imbal hasil obligasi pemerintah AS turun dari level tertingginya dalam 16 tahun karena investor mengalihkan fokus mereka dari panduan Fed yang hawkish ke data ekonomi penting yang akan segera dirilis.

Investor masih mencerna keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga utamanya, namun memperbarui Ringkasan Proyeksi Ekonomi triwulanan yang menunjukkan bahwa kebijakan moneter restriktif akan tetap berlaku lebih lama dari perkiraan sebelumnya.

Pada Jumat (22/9), pernyataan dari Gubernur Fed Michelle Bowman mendukung sikap agresif FOMC, menyatakan target suku bunga dana Fed harus dinaikkan lebih lanjut dan dipertahankan "pada tingkat yang ketat untuk beberapa waktu" untuk menurunkan inflasi ke target bank sentral sebesar 2,0 persen.

“Ada banyak faktor yang menghalangi terjadinya soft landing dan itu adalah sesuatu yang perlu diingatkan oleh The Fed, karena menaikkan suku bunga lebih tinggi dapat mendorong kita ke dalam resesi,” kata Robert Pavlik, manajer portofolio senior di Dakota Wealth di Fairfield, Connecticut.

Ford Motor Co naik 1,9 persen setelah serikat pekerja United Auto Workers yang mogok melaporkan kemajuan dalam pembicaraan dengan produsen mobil tersebut.

Saham perusahaan-perusahaan China yang tercatat di AS termasuk PDD Holdings, JD.com, Li Auto dan Baidu naik antara 2,0 persen dan 4,0 persen di tengah tanda-tanda pemulihan ekonomi, sementara Alibabamelonjak 5,0 persen setelah Bloomberg melaporkan bahwa cabang logistik perusahaan Cainiao berencana untuk mengajukan IPO di Hong Kong secepatnya minggu depan.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 9,47 miliar lembar saham, dibandingkan dengan rata-rata 10,09 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Wall Street ditutup di terendah sejak Juni karena kebijakan ketat Fed

Baca juga: Wall Street ditutup melemah setelah Fed pertahankan suku bunga stabil