Beijing (ANTARA) - China akan melanjutkan kerja sama dengan negara lain dan organisasi internasional untuk memperkuat pembangunan lingkungan penelitian ilmiah internasional, kata seorang pejabat Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada Kamis (21/9).

China siap berpartisipasi dalam mengatasi tantangan besar global dan memperkuat penerapan, pengelolaan dan perlindungan hak kekayaan intelektual, serta inovasi terkait, kata Wakil Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Zhang Guangjun via pidato video di pertemuan meja bundar tingkat tinggi terkait klaster ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) teratas pada 2023.

Menurut Indeks Inovasi Global (Global Innovation Index/GII) edisi 2023 yang dirilis Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (World Intellectual Property Organization/WIPO), China saat ini memiliki 24 klaster iptek, meningkat dari 21 klaster pada tahun lalu dan menjadikan China sebagai negara dengan jumlah klaster iptek terbesar.

Klaster iptek dibentuk melalui analisis aktivitas pengajuan paten dan publikasi artikel ilmiah, yang mendokumentasikan wilayah geografis di seluruh dunia dengan kepadatan penemu dan penulis ilmiah tertinggi, WIPO menyebutkan.

GII memberi peringkat pada kapasitas inovatif tingkat tertatas di berbagai negara dan perekonomian di seluruh dunia setiap tahunnya, dan pemeringkatan klaster iptek mengidentifikasi konsentrasi lokal dari aktivitas iptek terkemuka di dunia.

China telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa dalam hal inovasi sejak bergabung dengan GII pada 2013 dengan peringkat awal di urutan ke-35. Setiap tahun sejak itu, peringkat China terus naik.

Pada tahun 2020, 2021, dan 2022, China masing-masing berada di peringkat ke-14, ke-12, dan ke-11, yang menunjukkan tren peningkatan berkelanjutan dalam inovasi global.

China telah menjalin kerja sama iptek dengan lebih dari 160 negara dan kawasan. Total belanja negara itu untuk penelitian dan pengembangan (litbang) mencapai lebih dari 3 triliun yuan pada 2022, naik 10,1 persen secara tahunan.