Kemenperin restrukturisasi industri kayu guna tingkatkan ekspor
21 September 2023 16:09 WIB
Pengunjung berjalan di dekat mesin industri mebel dalam acara International Manufacturing Compenents (IFMAC) & Woodworking Machinery Exhibition (WOODMAC) di Jakarta, Kamis (21/9/2023) (ANTARA/Rara Candrika)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Merrijantij Punguan Pintaria mengatakan bahwa Kemenperin melakukan restrukturisasi industri kayu yang bertujuan untuk meningkatkan ekspor dengan kualitas produk industri kayu yang ramah lingkungan.
“Sekarang pasar minta produk-produk kayu yang ramah lingkungan,” kata Merri kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Merri mengatakan, Kemenperin memastikan bahwa semua proses produksi yang dilakukan oleh industri kayu saat ini menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Hal tersebut dikarenakan bahan baku di Indonesia sudah mencapai tingkat berkelanjutan dengan adanya Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK).
Menurutnya, fokus saat ini adalah bagaimana meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku tersebut.
Ia mengatakan bahwa perbaikan dalam aspek teknologi yang lebih ramah lingkungan dapat membuka peluang pasar, terutama di segmen pasar yang berorientasi pada produk-produk menengah ke atas.
Industri kayu di Indonesia, lanjut dia, sudah berorientasi pada pasar menengah ke atas memiliki daya tarik khusus di pasar Amerika, Eropa, serta di negara-negara seperti China dan Korea.
Merri mengatakan pemerintah sudah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan produktivitas industri kayu di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan, dengan tujuan agar industri tersebut mampu bersaing dengan para pelaku industri kayu di pasar global.
“Kebanyakan peralatan-peralatan kita itu masih menggunakan peralatan-peralatan yang sudah lama, jadi kita mendorong industri untuk melakukan update teknologi. Kita mengupayakan mereka membeli teknologi-teknologi yang baru,” kata Merri.
Merri mengatakan bahwa Kementerian Perindustrian sedang berupaya untuk memfasilitasi alih teknologi dengan melibatkan beberapa perusahaan industri dalam negeri serta industri permesinan.
Upaya ini, lanjut dia, juga melibatkan kerjasama dengan politeknik, yang bertujuan untuk melakukan re-engineering terhadap mesin-mesin yang sudah usang dan memantau perkembangan teknologi baru yang relevan.
Diketahui, khusus industri mebel memberikan kontribusi sebesar 1,30 persen dengan ekspor senilai 2,47 miliar dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan data dari Fortune Business Insights, nilai pasar mebel global pada 2022 mencapai 517 miliar dolar AS di mana pasar Asia Pasifik menyumbang sekitar 50 persen dari total nilai tersebut dan diperkirakan bahwa nilai pasar mebel global akan terus meningkat menjadi sekitar 541 miliar AS pada tahun 2023 dengan kayu tetap mendominasi sektor mebel dengan 63 persen pangsa pasar.
“Sekarang pasar minta produk-produk kayu yang ramah lingkungan,” kata Merri kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Merri mengatakan, Kemenperin memastikan bahwa semua proses produksi yang dilakukan oleh industri kayu saat ini menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Hal tersebut dikarenakan bahan baku di Indonesia sudah mencapai tingkat berkelanjutan dengan adanya Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK).
Menurutnya, fokus saat ini adalah bagaimana meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku tersebut.
Ia mengatakan bahwa perbaikan dalam aspek teknologi yang lebih ramah lingkungan dapat membuka peluang pasar, terutama di segmen pasar yang berorientasi pada produk-produk menengah ke atas.
Industri kayu di Indonesia, lanjut dia, sudah berorientasi pada pasar menengah ke atas memiliki daya tarik khusus di pasar Amerika, Eropa, serta di negara-negara seperti China dan Korea.
Merri mengatakan pemerintah sudah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan produktivitas industri kayu di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan, dengan tujuan agar industri tersebut mampu bersaing dengan para pelaku industri kayu di pasar global.
“Kebanyakan peralatan-peralatan kita itu masih menggunakan peralatan-peralatan yang sudah lama, jadi kita mendorong industri untuk melakukan update teknologi. Kita mengupayakan mereka membeli teknologi-teknologi yang baru,” kata Merri.
Merri mengatakan bahwa Kementerian Perindustrian sedang berupaya untuk memfasilitasi alih teknologi dengan melibatkan beberapa perusahaan industri dalam negeri serta industri permesinan.
Upaya ini, lanjut dia, juga melibatkan kerjasama dengan politeknik, yang bertujuan untuk melakukan re-engineering terhadap mesin-mesin yang sudah usang dan memantau perkembangan teknologi baru yang relevan.
Diketahui, khusus industri mebel memberikan kontribusi sebesar 1,30 persen dengan ekspor senilai 2,47 miliar dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan data dari Fortune Business Insights, nilai pasar mebel global pada 2022 mencapai 517 miliar dolar AS di mana pasar Asia Pasifik menyumbang sekitar 50 persen dari total nilai tersebut dan diperkirakan bahwa nilai pasar mebel global akan terus meningkat menjadi sekitar 541 miliar AS pada tahun 2023 dengan kayu tetap mendominasi sektor mebel dengan 63 persen pangsa pasar.
Pewarta: Rara Candrika
Editor: Sella Panduarsa Gareta
Copyright © ANTARA 2023
Tags: