Jakarta (ANTARA) - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjalin kerja sama untuk meningkatkan literasi tentang stunting bagi masyarakat Indonesia.

Hal ini diwujudkan dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Perpusnas dan BKKBN yang digelar dalam acara "Peer Learning Meeting National 2023" di Yogyakarta.

"Faktor keterbatasan informasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat, utamanya informasi terkait upaya penanggulangan stunting menjadi salah satu penyebab tingginya angka stunting di Indonesia," kata Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Pihaknya berkomitmen memberikan dukungan agar perpustakaan bisa lebih berdaya guna sebagai sumber informasi masyarakat terhadap upaya pencegahan dan penurunan angka stunting.

“Perpusnas siap hadir melalui program transformasi perpustakaan yang langsung menjangkau masyarakat termarjinalkan, dan tidak lagi eksklusif bagi kalangan civitas akademik, tetapi juga untuk masyarakat, utamanya di pedesaan yang jumlahnya sangat besar,” ucapnya.

Baca juga: Kepala BKKBN minta penganggaran stunting daerah berdaya ungkit tinggi
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan hadirnya perpustakaan hingga tingkat desa memberikan peluang yang besar untuk memperluas jaringan dalam pencapaian lima pilar strategi nasional percepatan penurunan stunting.

Sebanyak lima strategi nasional percepatan penurunan stunting tersebut yakni komitmen berkelanjutan dari para pemimpin, peningkatan literasi masyarakat, konvergensi dan keterpaduan lintas sektor, pemenuhan gizi yang tepat dan terakhir, serta penguatan sistem pemantauan dan evaluasi.
“Dengan penandatanganan nota kesepahaman ini, harapan saya ada langkah yang sangat masif, sehingga angka stunting nasional yang saat ini 21,6 persen (berdasarkan Survei Status Gizi Nasional) bisa turun 3,8 persen menjadi 17,8 persen, dan sesuai target Presiden Joko Widodo di akhir Tahun 2024 angka 14,9 persen bisa tercapai,” ujar dia.

Menurutnya, perpustakaan berperan penting menjadi sumber untuk peningkatan literasi dalam mengubah pola pikir masyarakat sebagai penyebab terjadinya stunting.
“Penyebab stunting karena tiga hal, yakni pola pikir (yang masih rendah, red.) terkait reproduksi, nutrisi, dan sanitasi. Perubahan pola pikir ini butuh pengetahuan yang akan mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih baik,” katanya.

Baca juga: Komisi IX-BKKBN gencarkan edukasi warga Sulsel cegah stunting
Baca juga: Hasto Wardoyo: Inovasi "Cempaka" kunci gotong royong entaskan stunting