Kemenag kutuk kekerasan atas nama agama
8 Mei 2013 09:05 WIB
Seorang warga menunjukan kondisi tembok bangunan masjid Ahmadiyah yang dibakar sekelompok orang tak dikenal yang melakukan penyerangan ke masjid Ahmadiyah Kampung Babakan Sindang, Desa Cipakat, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (5/5). (ANTARA/Feri Purnama)
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Agama (Kemenag) mengutuk aksi kekerasan atas nama agama seperti yang terjadi pada perusakan rumah milik kelompok Ahmadiyah di Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (5/5), yang dilakukan oleh sekelompok orang.
"Semua pihak harus menahan diri. Kemenag berharap aparat berwajib segera menyelesaikan persoalan ini jangan sampai meluas," kata Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (KUB), Ahmad Gunaryo kepada Antara di Jakarta, Rabu.
"Saya mengutuk tindakan kekerasan seperti itu. Itu tindakan biadab," kata Ahmad Gunaryo lagi.
Jika ada perbedaan pemahaman. katanya, hendaknya pihak-pihak terkait dapat berkoordinasi dengan pemerintah setempat, bukan main kekerasan dan bertindak sendiri.
"Itulah fungsinya kita memiliki pemerintah. Semua harus mengikuti aturan yang sudah ada dan disepakati, " kata Gunaryo yang mengaku akan tampil pada acara kerukunan umat beragama di Poso, Rabu.
Gunaryo memberi apresiasi terhadap pihak berwajib yang cepat melakukan pengamanan. Aparat gabungan dari TNI dan Polri kini masih bersiaga pasca perusakan rumah dan masjid milik jemaah Ahmadiyah di Kampung Cikuray, Desa Tenjowaringin dan Kampung Sindang RT 11/03, Desa Cipakat, Tasikmalaya. Aparat menjaga rumah dan masjid.
Penjagaan juga dilakukan di Singaparna. Dan agar peristiwa tersebut tak terulang lagi, menurut Gunaryo, harus dilakukan dialog.
"Dialog adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan perbedaan yang ada," ia menegaskan.
"Semua pihak harus menahan diri. Kemenag berharap aparat berwajib segera menyelesaikan persoalan ini jangan sampai meluas," kata Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (KUB), Ahmad Gunaryo kepada Antara di Jakarta, Rabu.
"Saya mengutuk tindakan kekerasan seperti itu. Itu tindakan biadab," kata Ahmad Gunaryo lagi.
Jika ada perbedaan pemahaman. katanya, hendaknya pihak-pihak terkait dapat berkoordinasi dengan pemerintah setempat, bukan main kekerasan dan bertindak sendiri.
"Itulah fungsinya kita memiliki pemerintah. Semua harus mengikuti aturan yang sudah ada dan disepakati, " kata Gunaryo yang mengaku akan tampil pada acara kerukunan umat beragama di Poso, Rabu.
Gunaryo memberi apresiasi terhadap pihak berwajib yang cepat melakukan pengamanan. Aparat gabungan dari TNI dan Polri kini masih bersiaga pasca perusakan rumah dan masjid milik jemaah Ahmadiyah di Kampung Cikuray, Desa Tenjowaringin dan Kampung Sindang RT 11/03, Desa Cipakat, Tasikmalaya. Aparat menjaga rumah dan masjid.
Penjagaan juga dilakukan di Singaparna. Dan agar peristiwa tersebut tak terulang lagi, menurut Gunaryo, harus dilakukan dialog.
"Dialog adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan perbedaan yang ada," ia menegaskan.
Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013
Tags: