Jakarta (ANTARA) - Tenaga Ahli Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Sripeni Inten Cahyani mengatakan, 679 bangunan komersial di Indonesia wajib melaksanakan manajemen energi, sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2023 tentang Konservasi Energi.

“Bangunan gedung yang memiliki konsumsi energi lebih besar atau sama dengan 500 ton energi per tahun wajib melaksanakan manajemen energi,” kata Sripeni di pameran Refrigerator & HVAC (RHVAC) di JIExpo Kemayoran Jakarta, Rabu.

Sripeni mengatakan, apabila 679 bangunan tersebut bisa melakukan manajemen energi dengan baik, perolehan penghematan energi diestimasikan dapat mencapai 66.000 ton per tahun atau setara Rp0,9 triliun rupiah per tahun pada 2030.

Dia menjelaskan dikeluarkannya PP tersebut, bertujuan agar penggunaan energi dapat lebih hemat, rasional, dan bijaksana. Menurut dia, Indonesia memiliki target untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri atau 41 persen dengan bantuan internasional pada tahun 2030.

Sripeni mengatakan, pemerintah saat ini terus mendorong konsepsi bangunan gedung hijau (BGH) dan "nett zero energy building" (NZEB).

“Kementerian ESDM bersama dengan Kementerian PUPR sedang menyusun peta jalan penyelenggaraan dan pembinaan BGH sebagai guide line proses implementasi BGH,” ujar Sripeni.

Ia melanjutkan, saat ini sudah ada beberapa Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait konservasi energi pada bangunan, antara lain di sistem pencahayaan, selubung bangunan, dan pengkondisi udara.

Selain itu, Sripeni menjelaskan bahwa upaya pemerintah untuk menurunkan emisi GRK yaitu dengan menetapkan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) di antaranya pada pengkondisi udara, penanak nasi, lemari pendingin, kipas angin, dan lampu LED.

SKEM ini bertujuan untuk melindungi dan memberikan informasi kepada konsumen dalam pemilihan peralatan rumah tangga yang hemat energi serta efisien.

Ia mengatakan bahwa implementasi SKEM diharapkan dapat berkontribusi terhadap penurunan emisi sebesar 83,8 juta ton CO2 sampai dengan tahun 2030.

“Jadi ini merupakan akumulasi dari yang kita targetkan,” ungkapnya.