"Kalau basis manufaktur kita berupa ekonomi hijau dan kelautan, maka kita bisa menjadi tiga besar negara di dunia. Kalau manfaatkan potensi yang ada," katanya saat ditemui di Kampus UT, Tangerang Selatan, Banten, Rabu.
Erlambang mengatakan Indonesia harus memaksimalkan potensi ekonomi hijau dan biru yang ada. Sebab jika hanya mengandalkan industri konvensional, maka akan sulit mengejar ketertinggalan negara lainnya.
Menurutnya, Cina beserta sejumlah negara maju lainnya telah berada sepuluh tahun di depan Indonesia dalam hal industri konvensional. Selain itu sejumlah permasalahan terkait lingkungan juga menjadi hal urgen dalam pengembangan industri ekonomi hijau di Indonesia.
Baca juga: UT ingatkan pengembangan usaha jangan sampai merusak lingkungan
Dalam seminar tersebut Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (SesKemenkopUKM) Arif Rahman Hakim mengatakan ekonomi hijau memiliki peluang lebih besar di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Melalui ekonomi hijau, Arif memproyeksikan akan terdapat peluang usaha senilai Rp 10,1 triliun pada 2030, 40 juta lapangan kerja baru, serta dapat meningkatkan investasi sebesar Rp 642 triliun di Indonesia pada 2030.
Selain itu, kata dia, ada penelitian yang melaporkan pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia mencakup tiga fokus utama yaitu strategi dan layanan profesional dengan potensi pasar mencapai 46 miliar dolar AS pada 2030, solusi untuk mengoptimalkan intensitas gas rumah kaca dengan potensi pasar 350 miliar dolar AS pada 2030, serta kompensasi emisi dengan potensi pasar mencapai 3,5 miliar dolar AS pada 2030.
Baca juga: Pembangunan ekonomi hijau dipaparkan Gubernur Kaltim di Jenewa
Baca juga: RI-Malaysia-Brunei sepakat jadikan IKN pusat ekonomi hijau ASEAN