Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Sugeng Saryadi Syndicate (SSS), Toto Sugiarto, memperkirakan tingkat partisipasi politik masyarakat di Pemilihan Umum 2014 hanya 60 persen karena legislatif terus memberikan kabar buruk bagi masyarakat seperti terjerat kasus korupsi.

"Publik kemungkinan semakin apatis karena DPR tidak pernah memberi kabar baik ke ruang publik, seperti terjerat kasus korupsi, malas hadir dalam rapat dan kunjungan kerja ke luar negeri yang menghabiskan uang negara tanpa ada transparansi," kata Toto Sugiarto usai diskusi bertajuk "Mengukur Popularitas dan Nomor Urut Caleg di Media Center Bawaslu, Jakarta, Selasa.

Dia juga mengatakan sistem rekrutmen partai yang kacau, pengambilan bakal calon legislatif yang terkesan tidak serius dan tidak berkualitas menyebabkan pemilih menjadi apatis.

Menurut dia, munculnya apatisme tersebut karena publik berpikir untuk apa memilih namun sistem kepartaian di Indonesia tidak mampu mengubah nasib bangsa.

"Kalau tidak ada perubahan, partisipasi publik di 2014 akan rendah dibandingkan 2009 yaitu 70 persen, dan 2004 dengan persentase 80 persen," ujarnya.

Menurut Toto, untuk memunculkan harapan di masyarakat ada dua hal mendasar yang harus dilakukan. Pertama, parpol harus menyeleksi ulang bakal caleg karena KPU memberi waktu untuk perbaikan, terutama calon yang bermasalah terkait kasus harus dicoret dan diganti serta harus dipublikasikan ke masyarakat.

"Kedua KPU harus menyeleksi ketat, kalau memang ada calon bekas narapidana maka yang bersangkutan jangan diloloskan karena tidak layak menjadi wakil rakyat," katanya.

Dia meyakini apabila kedua hal itu dilakukan maka akan memunculkan harapan publik bahwa ada orang yang berintegritas yang dicalonkan parpol. Selain itu masyarakat akan melihat bahwa KPU bekerja dengan baik sehingga Daftar Caleg Sementara (DCS) berisi orang berkualitas karena prosesnya tidak asal-asalan. (I028/I007)