Solo (ANTARA) - Ethnowellness Nusantara (ETNA) berupaya menggarap potensi keraton-keraton di Indonesia untuk mendukung pengembangan wellness tourism atau wisata kebugaran.

Ketua Umum ETNA Tanri Abeng di sela sarasehan Indonesia Wellness Tourism International Festival (IWTIF) 2023 dengan tema Ethnowellness Nusantara (ETNA), Destinasi Kesehatan Tradisional Indonesia, di Keraton Surakarta, Jawa Tengah, Selasa, mengatakan potensi ekonomi dari wisata kebugaran cukup besar.

Apalagi jika industri pariwisata yang berbasis kebugaran ini dihubungkan dengan keberadaan keraton di Indonesia yang jumlahnya ada 56 keraton.

Menurut dia, berbicara tentang wisata kebugaran maka tidak lain adalah kesehatan yang paripurna.

"Tidak hanya fisik yang sehat tetapi juga mental, spiritual, emosi dan sosialnya. Itu komprehensif sekali, termasuk kaitannya dengan kearifan lokal yang ada di keraton," katanya.

Ia mengatakan ketika keraton tersebut dapat dipromosikan ke pihak luar maka pihaknya tidak ragu untuk mempromosikan segala potensi yang ada.

Baca juga: IWSPA cetak pelatih spa agar Bali jadi percontohan wisata kebugaran

Baca juga: Bali buka layanan kesehatan tradisional untuk gaet wisatawan
"Sehingga turis datang ke Indonesia karena ada wellness di situ. Ada peluang menggunakan bahan demi kesehatan. Jadi nyambung antara wellness tourism dengan keberadaan keraton," katanya.

Meski demikian, menurut dia, sebelum dilakukan pemasaran agar terlebih dahulu dibenahi produknya, dalam hal ini yakni destinasi.

"Di sini kami fokus ke keraton, baru kemudian kami promosikan," katanya.

Sementara itu, diakuinya, wisata kebugaran Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand dan Singapura.

"Padahal potensi kita jauh lebih besar. Makanya diperlukan pendekatan komprehensif, dan ini butuh waktu. Kalau tidak dari awal kita tidak bisa mencapai seperti negara lain yang punya wellness tourism," katanya.

Pada kesempatan yang sama, putri Paku Buwana XII Gusti Kanjeng Ratu Wandansari atau akrab disapa Gusti Moeng mengatakan keraton memiliki potensi besar untuk digarap sebagai destinasi wisata kebugaran.

"Sebetulnya memiliki potensi kalau diopeni (dirawat) dan diangkat kearifan lokalnya. Apalagi keraton ini sudah ada sebelum Republik Indonesia berdiri. Jadi keraton sudah melakukan dan menyajikan apa yang dibutuhkan suatu negara," katanya.

Menurut dia, jika potensi tersebut digarap dengan baik maka keraton-keraton yang ada di dalam negeri bisa menjadi devisa negara yang luar biasa.

Ketua panitia IWTIF 2023 Jajang Gunawijaya mengatakan kegiatan sarasehan di Solo ini merupakan program Indonesia IWTIF yang telah menjadi program tetap Board of ETNA.

"Melalui IWTIF kami akan terus

berusaha menjangkau lebih banyak

potensi pasar dan generasi muda

untuk kesadaran peningkatan antibody, imunitas, peningkatan well being, dan meningkatkan kegiatan ekonomi