Pengamat politik dari Saiful Mujani Research Consulting Saidiman Ahmad menilai kalangan milenial dan generasi Z (gen Z) condong akan memilih Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024 karena ingin kinerja pembangunan di era Presiden Joko Widodo berlanjut.
"Karena mereka mengapresiasi Pemerintah, maka aspirasi politiknya juga lebih ke Ganjar, karena Ganjar dianggap sebagai bagian kelanjutan Pak Jokowi; konsisten itu," kata Saidiman dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan hasil survei SMRC, lanjut Saidiman, disebutkan bahwa kelompok milenial dan gen Z justru lebih mengapresiasi kinerja pemerintah daripada kelompok lebih tua.
Dia menjelaskan berdasarkan studi yang dilakukan SMRC, generasi muda tidak apatis terhadap politik sehingga bisa mengetahui sosok yang bisa melanjutkan pembangunan Jokowi.
Baca juga: Puan: AHY dan Ridwan Kamil sudah tak mungkin dampingi Ganjar
"Justru, kalangan muda lebih apresiatif terhadap pembangunan dan tahu siapa tokoh yang bisa melanjutkan pembangunan; dan sekarang muncul dalam sosok Ganjar Pranowo," kata Saidiman.
Kalangan milenial dianggap lebih rasional dalam menilai baik dan positif terhadap kinerja Pemerintah. Selain itu, dalam preferensi pilihan politik, baik partai maupun capres, kalangan tersebut akan memilih yang dianggap sebagai bagian pemerintah dan berhasil.
"Jadi, partai seperti PDI Perjuangan yang dianggap sebagai partai utama pendukung Pemerintah, kemudian (bakal) calon seperti Ganjar Pranowo yang memang seperti dipersiapkan untuk melanjutkan kerja Jokowi, selain dia juga satu partai dengan Jokowi," jelasnya.
Baca juga: PDIP: Ganjar ingin generasi muda jadi tuan di negeri sendiri
Pada Pemilu 2024 nanti, jumlah pemilih berumur di bawah 40 tahun cukup signifikan, yaitu sekitar 60 persen dari total pemilih.
Oleh karena itu, menurut Saidiman, para kandidat bakal calon harus mempertimbangkan tiga isu yang dianggap penting oleh kalangan milenial dan gen Z, yaitu lapangan kerja, lingkungan, dan korupsi.
"Jadi, untuk membuat mereka terlibat politik atau mau lebih antusias dalam politik, harus menyentuh isu yang relevan, yang mereka anggap penting," ujarnya.
Apabila tiga hal itu bisa dijawab, menurut Saidiman, maka akan bisa memberikan solusi konkret yang akan menarik generasi muda untuk terlibat dalam politik.
Baca juga: Ganjar Pranowo dorong transformasi enam pilar untuk bonus demografi
"Karena mereka mengapresiasi Pemerintah, maka aspirasi politiknya juga lebih ke Ganjar, karena Ganjar dianggap sebagai bagian kelanjutan Pak Jokowi; konsisten itu," kata Saidiman dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan hasil survei SMRC, lanjut Saidiman, disebutkan bahwa kelompok milenial dan gen Z justru lebih mengapresiasi kinerja pemerintah daripada kelompok lebih tua.
Dia menjelaskan berdasarkan studi yang dilakukan SMRC, generasi muda tidak apatis terhadap politik sehingga bisa mengetahui sosok yang bisa melanjutkan pembangunan Jokowi.
Baca juga: Puan: AHY dan Ridwan Kamil sudah tak mungkin dampingi Ganjar
"Justru, kalangan muda lebih apresiatif terhadap pembangunan dan tahu siapa tokoh yang bisa melanjutkan pembangunan; dan sekarang muncul dalam sosok Ganjar Pranowo," kata Saidiman.
Kalangan milenial dianggap lebih rasional dalam menilai baik dan positif terhadap kinerja Pemerintah. Selain itu, dalam preferensi pilihan politik, baik partai maupun capres, kalangan tersebut akan memilih yang dianggap sebagai bagian pemerintah dan berhasil.
"Jadi, partai seperti PDI Perjuangan yang dianggap sebagai partai utama pendukung Pemerintah, kemudian (bakal) calon seperti Ganjar Pranowo yang memang seperti dipersiapkan untuk melanjutkan kerja Jokowi, selain dia juga satu partai dengan Jokowi," jelasnya.
Baca juga: PDIP: Ganjar ingin generasi muda jadi tuan di negeri sendiri
Pada Pemilu 2024 nanti, jumlah pemilih berumur di bawah 40 tahun cukup signifikan, yaitu sekitar 60 persen dari total pemilih.
Oleh karena itu, menurut Saidiman, para kandidat bakal calon harus mempertimbangkan tiga isu yang dianggap penting oleh kalangan milenial dan gen Z, yaitu lapangan kerja, lingkungan, dan korupsi.
"Jadi, untuk membuat mereka terlibat politik atau mau lebih antusias dalam politik, harus menyentuh isu yang relevan, yang mereka anggap penting," ujarnya.
Apabila tiga hal itu bisa dijawab, menurut Saidiman, maka akan bisa memberikan solusi konkret yang akan menarik generasi muda untuk terlibat dalam politik.
Baca juga: Ganjar Pranowo dorong transformasi enam pilar untuk bonus demografi