MPR soroti pentingnya pemulangan Prasasti Sangguran dan Pucangan
18 September 2023 22:49 WIB
Tangkapan layar - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Lestari Moerdijat berbicara dalam konferensi daring bertajuk "Inscriptions on the Move: Repatriation & Collaboration in UK & Indonesia" yang diadakan oleh University of Glasgow School of Geographical and Earth Sciences, Senin (18/9/2023). (ANTARA/Katriana)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Lestari Moerdijat menyoroti pentingnya upaya untuk memprioritaskan pemulangan Prasasti sejarah Sangguran dan Pucangan ke Indonesia.
"Dari perspektif kebangsaan, bagaimana kita seharusnya menempatkan prasasti-prasasti tersebut dalam konteks kebangsaan, kemudian menjadikan itu sebagai prioritas untuk mengembalikan kembali ke Indonesia," kata Lestari, yang juga anggota komisi 10 DPR RI, di Jakarta, Senin.
Lestari menyampaikan hal itu dalam konferensi daring bertajuk "Inscriptions on the Move: Repatriation & Collaboration in UK & Indonesia" yang diadakan oleh University of Glasgow School of Geographical and Earth Sciences.
Dalam konferensi tersebut, Prasasti Sangguran dan Pucangan digambarkan sebagai dua prasasti batu pada periode modern awal yang dipindahkan dari Indonesia oleh Stamford Raffles pada masa peralihan pemerintahan Inggris di Jawa pada 1811-1816.
Prasasti Sangguran dibawa ke Minto Estate di Skotlandia, sementara prasasti Pucangan dikirim ke Kolkata, yang saat ini disimpan di Museum India.
Dalam paparannya, Lestari menggarisbawahi pentingnya upaya untuk memulangkan kedua prasasti tersebut.
"Kenapa prasasti ini sangat penting bagi kita untuk bisa kita kembalikan lagi, karena dari prasasti ini kita bisa melihat bahwa identitas kita sebagai masyarakat Indonesia saat ini terwujud dari sebuah proses yang panjang. Ini berhubungan dengan bagaimana perjalanan kebangsaan kita," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia sejauh ini telah melakukan serangkaian proses diplomatik untuk mengupayakan pemulangan kedua prasasti tersebut.
"Seharusnya tidak ada masalah karena pada G20 lalu menteri pendidikan India dan Mendikbudristek kita juga sudah melakukan diskusi," katanya.
Baca juga: Gubernur Jatim upayakan repatriasi Prasasti Sangguran
Lebih lanjut, Lestari juga mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia pada dasarnya bisa memanfaatkan aturan yang sudah ada sebagai payung hukum untuk memulangkan benda-benda cagar budaya Indonesia yang ada di luar negeri.
Sementara itu, ia juga mengajak setiap warga negara Indonesia untuk bersama-sama mendorong upaya untuk memberikan perhatian yang lebih sehingga masyarakat bisa memiliki pemahaman atas benda-benda bersejarah tersebut dan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya.
Sejarah peradaban Indonesia, menurut dia, memiliki kekayaan luar biasa yang menunjukkan adanya perjumpaan sehingga tercipta akulturasi budaya.
"Dan sebetulnya apa yang terjadi atau tertulis di dalam Prasasti Sangguran menunjukkan bahwa proses itu terjadi di dalam sejarah peradaban kebangsaan kita," katanya.
Kesadaran budaya, kata dia, menjadi hal yang sangat penting dan memungkinkan satu bangsa untuk bisa memiliki pegangan teguh terhadap warisan leluhur dan menempatkannya dalam dinamika kehidupan modern.
Untuk itu, ia menekankan bahwa upaya pemulangan prasasti sejarah Indonesia harus didasarkan pada kehendak bersama sehingga memiliki dasar untuk memperkuat pemahaman terkait jati diri dan dinamika peradaban bangsa di masa lalu, demikian kata Lestari.
Baca juga: Kaisar Jepang tertarik dengan peradaban sistem irigasi RI pada abad V
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Repatriasi Prasasti Pucangan tanam nilai kebangsaan
Baca juga: Anggota DPR minta Pemerintah kembalikan prasasti RI dari luar negeri
"Dari perspektif kebangsaan, bagaimana kita seharusnya menempatkan prasasti-prasasti tersebut dalam konteks kebangsaan, kemudian menjadikan itu sebagai prioritas untuk mengembalikan kembali ke Indonesia," kata Lestari, yang juga anggota komisi 10 DPR RI, di Jakarta, Senin.
Lestari menyampaikan hal itu dalam konferensi daring bertajuk "Inscriptions on the Move: Repatriation & Collaboration in UK & Indonesia" yang diadakan oleh University of Glasgow School of Geographical and Earth Sciences.
Dalam konferensi tersebut, Prasasti Sangguran dan Pucangan digambarkan sebagai dua prasasti batu pada periode modern awal yang dipindahkan dari Indonesia oleh Stamford Raffles pada masa peralihan pemerintahan Inggris di Jawa pada 1811-1816.
Prasasti Sangguran dibawa ke Minto Estate di Skotlandia, sementara prasasti Pucangan dikirim ke Kolkata, yang saat ini disimpan di Museum India.
Dalam paparannya, Lestari menggarisbawahi pentingnya upaya untuk memulangkan kedua prasasti tersebut.
"Kenapa prasasti ini sangat penting bagi kita untuk bisa kita kembalikan lagi, karena dari prasasti ini kita bisa melihat bahwa identitas kita sebagai masyarakat Indonesia saat ini terwujud dari sebuah proses yang panjang. Ini berhubungan dengan bagaimana perjalanan kebangsaan kita," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia sejauh ini telah melakukan serangkaian proses diplomatik untuk mengupayakan pemulangan kedua prasasti tersebut.
"Seharusnya tidak ada masalah karena pada G20 lalu menteri pendidikan India dan Mendikbudristek kita juga sudah melakukan diskusi," katanya.
Baca juga: Gubernur Jatim upayakan repatriasi Prasasti Sangguran
Lebih lanjut, Lestari juga mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia pada dasarnya bisa memanfaatkan aturan yang sudah ada sebagai payung hukum untuk memulangkan benda-benda cagar budaya Indonesia yang ada di luar negeri.
Sementara itu, ia juga mengajak setiap warga negara Indonesia untuk bersama-sama mendorong upaya untuk memberikan perhatian yang lebih sehingga masyarakat bisa memiliki pemahaman atas benda-benda bersejarah tersebut dan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya.
Sejarah peradaban Indonesia, menurut dia, memiliki kekayaan luar biasa yang menunjukkan adanya perjumpaan sehingga tercipta akulturasi budaya.
"Dan sebetulnya apa yang terjadi atau tertulis di dalam Prasasti Sangguran menunjukkan bahwa proses itu terjadi di dalam sejarah peradaban kebangsaan kita," katanya.
Kesadaran budaya, kata dia, menjadi hal yang sangat penting dan memungkinkan satu bangsa untuk bisa memiliki pegangan teguh terhadap warisan leluhur dan menempatkannya dalam dinamika kehidupan modern.
Untuk itu, ia menekankan bahwa upaya pemulangan prasasti sejarah Indonesia harus didasarkan pada kehendak bersama sehingga memiliki dasar untuk memperkuat pemahaman terkait jati diri dan dinamika peradaban bangsa di masa lalu, demikian kata Lestari.
Baca juga: Kaisar Jepang tertarik dengan peradaban sistem irigasi RI pada abad V
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Repatriasi Prasasti Pucangan tanam nilai kebangsaan
Baca juga: Anggota DPR minta Pemerintah kembalikan prasasti RI dari luar negeri
Pewarta: Katriana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023
Tags: