Pemkab Tapin siapkan saprodi bagi petani cabai terdampak karhutla
18 September 2023 19:43 WIB
Kepala Dinas Pertanian Tapin Triasmoro (pakaian hitam) bersama Ketua Kelompok Tani Desa Hiyung melakukan verifikasi dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang menimpa kebun cabai rawit di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. ANTARA/Muhammad Fauzi Fadilah
Tapin (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan Selatan menyiapkan bantuan berupa sarana produksi (saprodi) untuk petani cabai rawit yang terdampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pada Jumat lalu.
“Kemungkinan bulan depan bantuan disalurkan," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapin Triasmoro di Rantau, Kabupaten Tapin, Senin.
Berdasarkan verifikasi lapangan,
Dinas Pertanian bersama kelompok tani mendata total tanaman cabai rawit Hiyung yang terdampak karhutla berjumlah 21.690 batang dengan luas lahan mencapai lima hektare yang terbakar.
Triasmoro menyebutkan terdapat 20 petani cabai rawit Hiyung yang mendapatkan bantuan sarana produksi berupa bibit, pupuk hingga obat-obatan dari Distan Kabupaten Tapin.
"Sebenarnya bantuannya berupa uang, nanti BPBD menginventarisir, menghitung dan anggarannya nanti masuk ke dinas pertanian," ungkap Triasmoro.
Triasmoro mengungkapkan Pemkab Tapin memberikan bantuan saprodi agar roda perekonomian melalui cabai rawit Hiyung tetap berjalan.
"Kalau petani dibantu uang, takutnya habis uang itu," ucap Triasmoro.
Ketentuan jenis bantuan saprodi ini, kata Triasmoro, merupakan hasil kesepakatan bersama dengan ketua kelompok tani setempat, sehingga petani dapat menggunakan sesuai keperluan.
Ia mengungkapkan jumlah anggaran bantuan ini masih dihitung, misal harga untuk bibit, pupuk hingga obat-obatan tanaman.
Kehadiran pemerintah, kata Triasmoro, diharapkan dapat memberikan semangat bagi para petani agar tetap semangat dan berkelanjutan menanam cabai rawit terpedas di Indonesia ini.
Sementara Ketua Kelompok Tani Karya Baru Junaidi mengatakan bantuan saprodi itu bisa digunakan pada siklus tanam selanjutnya.
"Kalau media tanamnya tinggi bisa tanam bulan 11, dan paling lambat bulan empat atau lima," kata Junaidi.
Akibat gagal panen ini, Junaidi menghitung petani merugi ratusan juta rupiah dengan asumsi rata-rata per hektare bisa produksi empat sampai lima ton dengan harga Rp45 ribu per kilogram pada musim panen.
Namun demikian, lanjut Junaidi, adanya bantuan saprodi ini sudah membantu petani yang bergantung hidup pada pertanian komoditas cabai rawit.
Baca juga: Kemenperin dampingi IKM diversifikasi produk olahan cabai rawit hiyung
Baca juga: DJKI berikan sertifikat IG cabai rawit hiyung, cabai rasa terpedas
Baca juga: Cabai Hiyung mendunia, karena pedas 17 kali lipat
“Kemungkinan bulan depan bantuan disalurkan," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapin Triasmoro di Rantau, Kabupaten Tapin, Senin.
Berdasarkan verifikasi lapangan,
Dinas Pertanian bersama kelompok tani mendata total tanaman cabai rawit Hiyung yang terdampak karhutla berjumlah 21.690 batang dengan luas lahan mencapai lima hektare yang terbakar.
Triasmoro menyebutkan terdapat 20 petani cabai rawit Hiyung yang mendapatkan bantuan sarana produksi berupa bibit, pupuk hingga obat-obatan dari Distan Kabupaten Tapin.
"Sebenarnya bantuannya berupa uang, nanti BPBD menginventarisir, menghitung dan anggarannya nanti masuk ke dinas pertanian," ungkap Triasmoro.
Triasmoro mengungkapkan Pemkab Tapin memberikan bantuan saprodi agar roda perekonomian melalui cabai rawit Hiyung tetap berjalan.
"Kalau petani dibantu uang, takutnya habis uang itu," ucap Triasmoro.
Ketentuan jenis bantuan saprodi ini, kata Triasmoro, merupakan hasil kesepakatan bersama dengan ketua kelompok tani setempat, sehingga petani dapat menggunakan sesuai keperluan.
Ia mengungkapkan jumlah anggaran bantuan ini masih dihitung, misal harga untuk bibit, pupuk hingga obat-obatan tanaman.
Kehadiran pemerintah, kata Triasmoro, diharapkan dapat memberikan semangat bagi para petani agar tetap semangat dan berkelanjutan menanam cabai rawit terpedas di Indonesia ini.
Sementara Ketua Kelompok Tani Karya Baru Junaidi mengatakan bantuan saprodi itu bisa digunakan pada siklus tanam selanjutnya.
"Kalau media tanamnya tinggi bisa tanam bulan 11, dan paling lambat bulan empat atau lima," kata Junaidi.
Akibat gagal panen ini, Junaidi menghitung petani merugi ratusan juta rupiah dengan asumsi rata-rata per hektare bisa produksi empat sampai lima ton dengan harga Rp45 ribu per kilogram pada musim panen.
Namun demikian, lanjut Junaidi, adanya bantuan saprodi ini sudah membantu petani yang bergantung hidup pada pertanian komoditas cabai rawit.
Baca juga: Kemenperin dampingi IKM diversifikasi produk olahan cabai rawit hiyung
Baca juga: DJKI berikan sertifikat IG cabai rawit hiyung, cabai rasa terpedas
Baca juga: Cabai Hiyung mendunia, karena pedas 17 kali lipat
Pewarta: Gunawan Wibisono/M Fauzi Fadilah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023
Tags: