BPOLBF majukan Parapuar Labuan Bajo jadi kawasan wisata terpadu
16 September 2023 13:43 WIB
Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina dalam acara Penyerahan Sertifikat Hak Pengelolaan Lahan Zona 1 Parapuar, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Jumat (15/9/2023). ANTARA/HO-BPOLBF.
Kupang (ANTARA) - Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) berkomitmen untuk mengembangkan Parapuar di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai kawasan pariwisata terpadu untuk peningkatan ekonomi masyarakat terutama setelah adanya legalisasi Sertifikat Hak Pengelolaan Lahan (HPL) Zona 1 Parapuar.
"Dengan mengantongi sertifikat HPL, kami berkomitmen pengembangan kawasan Parapuar ke depannya menjadi instrumen untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat melalui pembukaan lapangan pekerjaan," kata Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina dari Labuan Bajo, Manggarai Barat, Sabtu.
BPOLBF secara resmi telah menerima sertifikat HPL atas Kawasan Parapuar seluas 129,609 hektare yang diserahkan langsung oleh Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang Raja Juli Antoni di Parapuar, Labuan Bajo, Jumat.
Shana mengatakan penerbitan sertifikat HPL Zona 1 Parapuar itu merupakan langkah strategis untuk inovasi kepariwisataan di Labuan Bajo Flores.
Baca juga: BPOLBF perkuat tata kelola kampung wisata Pajoreja di Nagekeo Flores
Zona 1 Kawasan Parapuar merupakan zona budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai pusat budaya, pusat penelitian (research center), area UMKM, museum, dan galeri.
Nantinya Parapuar menjadi ikon baru pariwisata Labuan Bajo sebagai destinasi baru untuk menambah lama tinggal wisatawan dan penyerapan tenaga kerja.
Secara keseluruhan, Kawasan Parapuar memiliki empat zona pengembangan yakni Zona Budaya, Zona Santai, Zona Petualangan, dan Zona Alam Liar.
Namun, BPOLBF pun hanya mengembangkan 20 persen dari total keseluruhan kawasan, sehingga sisa luas kawasan tetap dikembalikan menjadi fungsi hutan sebagai ekosistem.
"Selain bagi wisatawan, pengembangan kawasan ini dapat memberi peluang lapangan pekerjaan, membantu perekonomian, dan kesejahteraan masyarakat lokal," kata Shana.
Baca juga: BPOLBF buka akses pasar bagi UMKM yang terlibat di Festival Golo Koe
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo yang ikut menyaksikan penyerahan sertifikat itu menyampaikan bahwa Kawasan Parapuar menjadi salah satu ikon Labuan Bajo nantinya.
Ia berharap wisatawan bisa berkunjung ke Parapuar, tidak hanya menginap tapi merasakan pengalaman pariwisata berkelanjutan.
"Ini konsep pariwisata berkelanjutan yang ingin dikembangkan. Sebagian besar tetap kawasan hijau, tetap lestarikan, dan bagaimana di sini ada pengalaman adventure, riset, dan budaya juga dikembangkan di sini," ucap Angela.
Lebih lanjut ia menyebut ada 11 investor yang telah ikut ambil bagian menyaksikan penyerahan HPL tersebut.
Ia menyampaikan butuh kerja keras Kemenparekraf dan BPOLBF untuk meyakinkan para investor tersebut bahwa ada kepastian hukum bagi investor untuk lebih presisi merencanakan investasi di Parapuar.
"Tentunya nanti bagaimana berkolaborasi dengan pengelola agar dapat memaksimalkan sebagai pariwisata inklusif," ujar Angela.
"Dengan mengantongi sertifikat HPL, kami berkomitmen pengembangan kawasan Parapuar ke depannya menjadi instrumen untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat melalui pembukaan lapangan pekerjaan," kata Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina dari Labuan Bajo, Manggarai Barat, Sabtu.
BPOLBF secara resmi telah menerima sertifikat HPL atas Kawasan Parapuar seluas 129,609 hektare yang diserahkan langsung oleh Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang Raja Juli Antoni di Parapuar, Labuan Bajo, Jumat.
Shana mengatakan penerbitan sertifikat HPL Zona 1 Parapuar itu merupakan langkah strategis untuk inovasi kepariwisataan di Labuan Bajo Flores.
Baca juga: BPOLBF perkuat tata kelola kampung wisata Pajoreja di Nagekeo Flores
Zona 1 Kawasan Parapuar merupakan zona budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai pusat budaya, pusat penelitian (research center), area UMKM, museum, dan galeri.
Nantinya Parapuar menjadi ikon baru pariwisata Labuan Bajo sebagai destinasi baru untuk menambah lama tinggal wisatawan dan penyerapan tenaga kerja.
Secara keseluruhan, Kawasan Parapuar memiliki empat zona pengembangan yakni Zona Budaya, Zona Santai, Zona Petualangan, dan Zona Alam Liar.
Namun, BPOLBF pun hanya mengembangkan 20 persen dari total keseluruhan kawasan, sehingga sisa luas kawasan tetap dikembalikan menjadi fungsi hutan sebagai ekosistem.
"Selain bagi wisatawan, pengembangan kawasan ini dapat memberi peluang lapangan pekerjaan, membantu perekonomian, dan kesejahteraan masyarakat lokal," kata Shana.
Baca juga: BPOLBF buka akses pasar bagi UMKM yang terlibat di Festival Golo Koe
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo yang ikut menyaksikan penyerahan sertifikat itu menyampaikan bahwa Kawasan Parapuar menjadi salah satu ikon Labuan Bajo nantinya.
Ia berharap wisatawan bisa berkunjung ke Parapuar, tidak hanya menginap tapi merasakan pengalaman pariwisata berkelanjutan.
"Ini konsep pariwisata berkelanjutan yang ingin dikembangkan. Sebagian besar tetap kawasan hijau, tetap lestarikan, dan bagaimana di sini ada pengalaman adventure, riset, dan budaya juga dikembangkan di sini," ucap Angela.
Lebih lanjut ia menyebut ada 11 investor yang telah ikut ambil bagian menyaksikan penyerahan HPL tersebut.
Ia menyampaikan butuh kerja keras Kemenparekraf dan BPOLBF untuk meyakinkan para investor tersebut bahwa ada kepastian hukum bagi investor untuk lebih presisi merencanakan investasi di Parapuar.
"Tentunya nanti bagaimana berkolaborasi dengan pengelola agar dapat memaksimalkan sebagai pariwisata inklusif," ujar Angela.
Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023
Tags: