"LIKE ini di satu sisi kita bisa memecahkan masalah lingkungan, dan di saat yang sama juga menyejahterakan petani, peternak, dan masyarakat pesisir," kata Pratikno di Indonesia Arena, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu.
Ia menyebutkan, festival LIKE yang diselenggarakan pada 16-18 September 2023 ini sekaligus mempersiapkan Indonesia untuk menghadiri Konvensi Rangka Kerja Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Perubahan Iklim atau Conference of the Parties (COP) ke-28 di Dubai, dimana Indonesia mendirikan paviliun untuk menampilkan aksi nyata yang telah dilakukan dalam menangani perubahan iklim.
Pratikno juga menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo akan menghadiri langsung puncak festival LIKE ini pada Senin (18/9) mendatang dan berdiskusi dengan para pegiat lingkungan.
Baca juga: Menteri LHK: Pemerintah sudah buat kebijakan agar PLTU beralih ke EBT
Baca juga: Menteri LHK harap pemanfaatan EBT meningkat hingga 50 persen di 2050
"LIKE ini menjadi momentum, untuk mendorong perusahaan dan industri agar turut berperan untuk momentum lingkungan berkelanjutan dan pertumbuhan yang inklusif," ujar dia.
Ia juga menegaskan betapa sulitnya dampak dari pengelolaan lingkungan yang buruk terhadap masa depan Bangsa Indonesia.
"Kita sudah merasakan betul dampak dari pengelolaan lingkungan yang tidak baik, beberapa hari yang lalu kita merasakan polusi udara di Jakarta, masyarakat pedesaan juga mengalami kebanjiran, beberapa kekeringan, dan dunia juga sedang menghadapi krisis pangan," tuturnya.
Sementara, Ketua Panitia Festival LIKE KLHK Agus Justianto menjelaskan bahwa acara ini diselenggarakan sebagai penyampaian informasi kepada publik atas rangkuman kerja-kerja langkah korektif Presiden Joko Widodo di bidang lingkungan, iklim, kehutanan, dan EBT.
"Di festival ini bisa kita saksikan hasil-hasil kerja nyata di bidang lingkungan hidup dalam dua tahun ke belakang, utamanya dari kementerian/lembaga, dan perusahaan yang berkomitmen menciptakan iklim berusaha yang berkelanjutan," kata Agus.
Festival LIKE, imbuhnya, dibagi ke dalam empat zona, yaitu zona biru untuk komitmen energi baru terbarukan, zona hijau untuk Indonesia FOLU Net Sink 2030, zona kuning untuk inovasi pemulihan lingkungan, dan zona ungu untuk masyarakat sejarah alam lestari.
Baca juga: KLHK paparkan capaian sektor lingkungan-hutan melalui Festival "LIKE"