Putin: Rusia tak langgar perjanjian apa pun usai pertemuan dengan Kim
15 September 2023 23:38 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berjabat tangan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dalam kunjungan Kim ke pusat peluncuran antariksa Vostochny di Timur Jauh Rusia (13/9/2023). (ANTARA/HO-Kremlin)
Jakarta (ANTARA) - Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa Rusia tidak melanggar dan tidak akan melanggar perjanjian apa pun mengenai Korea setelah bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pekan ini di Vladivostok di Timur Jauh Rusia.
Rusia, yang mendukung resolusi PBB terhadap Korea Utara, telah berulang kali mengatakan bahwa mereka ingin memperdalam hubungan dengan Pyongyang. Korea Selatan dan Amerika Serikat mengatakan bahwa kesepakatan militer apa pun antara Putin dan Kim akan melanggar sanksi PBB terhadap Korea Utara.
“Korea adalah tetangga kami, dan kami harus membangun hubungan yang baik dengan tetangga kami, bagaimana pun caranya,” kata Putin dalam konferensi pers di Sochi, Jumat, dikutip dari transkrip resmi yang dirilis Kremlin.
“Ya, ada beberapa hal spesifik yang terkait dengan Semenanjung Korea. Kami mendiskusikan hal ini secara terbuka; kami tidak pernah melanggar apa pun; dan dalam hal ini kami tidak akan melanggar apa pun. Namun, tentu saja kami akan mencari peluang untuk mengembangkan hubungan Rusia-Korea Utara,” sambungnya.
Putin menuturkan bahwa pertemuannya dengan Kim juga tidak dimaksudkan untuk mengancam pihak mana pun atau memprovokasi keamanan global.
Baca juga: Pertemuan Putin-Kim jadi momen ingatkan musuh-musuh Korut dan Rusia
Menurut dia, ancaman terbesar justru diciptakan oleh para elite penguasa saat ini, merujuk pada Amerika Serikat dan para sekutunya.
Dalam kesempatan yang sama, dia juga menegaskan bahwa Rusia tidak pernah meminta Korea Utara mengirimkan sukarelawan untuk ambil bagian dalam operasi militer mereka di Ukraina. Tudingan tersebut, lanjut Putin, tidak masuk akal.
Putin menyebut bahwa ada 300 ribu orang yang telah menandatangani kontrak untuk bergabung ke dalam Pasukan Bersenjata Rusia dan “siap mengorbankan hidup mereka demi kepentingan Tanah Air, untuk melindungi kepentingan Rusia.”
“Ya, kami memberi mereka sejumlah uang, yang jumlahnya jauh lebih besar daripada gaji bulanan rata-rata di negara kami,” ujarnya.
“Namun, apakah uang dapat menebus kematian atau cedera parah? Tentu saja tidak. Orang-orang kami yang menandatangani kontrak ini terpanggil oleh rasa patriotik yang paling mulia,” kata dia menambahkan.
Baca juga: Pemimpin Korut kunjungi pabrik pesawat tempur Rusia
Baca juga: Makna pemilihan Kosmodrom Vostochny jadi tempat bertemu Putin dan Kim
Rusia, yang mendukung resolusi PBB terhadap Korea Utara, telah berulang kali mengatakan bahwa mereka ingin memperdalam hubungan dengan Pyongyang. Korea Selatan dan Amerika Serikat mengatakan bahwa kesepakatan militer apa pun antara Putin dan Kim akan melanggar sanksi PBB terhadap Korea Utara.
“Korea adalah tetangga kami, dan kami harus membangun hubungan yang baik dengan tetangga kami, bagaimana pun caranya,” kata Putin dalam konferensi pers di Sochi, Jumat, dikutip dari transkrip resmi yang dirilis Kremlin.
“Ya, ada beberapa hal spesifik yang terkait dengan Semenanjung Korea. Kami mendiskusikan hal ini secara terbuka; kami tidak pernah melanggar apa pun; dan dalam hal ini kami tidak akan melanggar apa pun. Namun, tentu saja kami akan mencari peluang untuk mengembangkan hubungan Rusia-Korea Utara,” sambungnya.
Putin menuturkan bahwa pertemuannya dengan Kim juga tidak dimaksudkan untuk mengancam pihak mana pun atau memprovokasi keamanan global.
Baca juga: Pertemuan Putin-Kim jadi momen ingatkan musuh-musuh Korut dan Rusia
Menurut dia, ancaman terbesar justru diciptakan oleh para elite penguasa saat ini, merujuk pada Amerika Serikat dan para sekutunya.
Dalam kesempatan yang sama, dia juga menegaskan bahwa Rusia tidak pernah meminta Korea Utara mengirimkan sukarelawan untuk ambil bagian dalam operasi militer mereka di Ukraina. Tudingan tersebut, lanjut Putin, tidak masuk akal.
Putin menyebut bahwa ada 300 ribu orang yang telah menandatangani kontrak untuk bergabung ke dalam Pasukan Bersenjata Rusia dan “siap mengorbankan hidup mereka demi kepentingan Tanah Air, untuk melindungi kepentingan Rusia.”
“Ya, kami memberi mereka sejumlah uang, yang jumlahnya jauh lebih besar daripada gaji bulanan rata-rata di negara kami,” ujarnya.
“Namun, apakah uang dapat menebus kematian atau cedera parah? Tentu saja tidak. Orang-orang kami yang menandatangani kontrak ini terpanggil oleh rasa patriotik yang paling mulia,” kata dia menambahkan.
Baca juga: Pemimpin Korut kunjungi pabrik pesawat tempur Rusia
Baca juga: Makna pemilihan Kosmodrom Vostochny jadi tempat bertemu Putin dan Kim
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023
Tags: