Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia yang masih menjaga pergerakan nilai tukar rupiah menahan tekanan dolar AS lebih dalam pada akhir pekan ini menyusul revisi "outlook" perekonomian Indonesia dari positif menjadi stabil.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak melemah nilainya sebesar sembilan poin menjadi Rp9.735 dibanding sebelumnya (Kamis, 2/5) di posisi Rp9.726 per dolar AS.

"Standard & Poor`s (S&P) memangkas proyeksi (outlook) terhadap perekonomian Indonesia dari positif menjadi stabil. Langkah lembaga itu langsung memicu aksi jual rupiah di pasar uang," ujar Kepala Riset Monex Investindo, Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.

Namun demikian, kata dia, Bank Indonesia memastikan bahwa pihaknya akan berupaya menjaga stabilitas nilai tukar paska penurunan outlook itu.

"Efek dari apa yang dilakukan oleh S&P akan bersifat sementara. BI akan terus memantau pergerakan rupiah dan menjaganya agar tetap stabil," kata dia.

Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih menambahkan nilai tukar rupiah masih stabil terhadap dolar AS, persepsi fundamental ekonomi Indonesia juga tetap positif.

Ia mengemukakan IMF tetap mempertahankan ekonomi Asia tumbuh 7,1 persen dengan dukungan pertumbuhan ekonomi China, India, dan Indonesia.

"Posisi kepemilikan asing pada surat utang negara (SUN) masih terus mencatat kenaikan. Dalam minggu keempat April lalu, ada peningkatan kepemilikan asing menjadi Rp294,66 triliun. Dari pasar saham, neto asing juga tercatat naik," kata dia.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat ini, tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp9.740 dibanding posisi sebelumnya senilai Rp9.728 per dolar AS.
(KR-ZMF/T007)