Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan alat pendeteksi kematangan buah hasil inovasi Institut Pertanian Bogor (IPB) berpeluang menjadi standar baru dalam transaksi perdagangan di pasar buah.

"Ada alat ukur tingkat kemanisan buah. Saya kira kalau ini dikembangkan, buah yang dijual di pasar modern sudah ada standarnya," kata Teten Masduki di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Alat tersebut dipamerkan oleh Direktorat Riset dan Inovasi IPB di gelaran agenda Sidang Terbuka IPB dalam rangka Dies Natalis Ke-60 di plataran Gedung Graha Widya Wisuda.

Inovasi yang dihadirkan pada alat yang serupa dengan timbangan tersebut berupa teknologi pendeteksi kematangan buah mangga berbasis NIR Spektroskopi.

Baca juga: Jokowi: Inovasi benih pangan IPB merespons krisis global
Alat pendeteksi kematangan buah yang pamerkan dalam agenda Sidang Terbuka IPB dalam rangka Dies Natalis Ke-60 di plataran Gedung Graha Widya Wisuda di Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/9/2023). ANTARA/Andi Firdaus/am.


Alat tersebut mampu mendeteksi tingkat kematangan buah, keasaman, hingga mengukur rasa manis dari buah yang diletakkan di alat tersebut. Laporan yang ditampilkan pada layar berupa grafik.

Teten mengatakan kehadiran alat tersebut dapat menjadi standar baru di pasar buah, khususnya pasar modern yang kini marak di tengah masyarakat.

"Kalau sekarang kita beli buah, kematangan dan kemanisan tidak ada standarnya. Produk holtikultura seperti buah ini, sudah bisa distandarisasi," katanya.

Perwakilan Direktorat Riset dan Inovasi IPB Lia Maulianawati mengatakan teknologi NIR Spektroskopi dalam alat pendeteksi kematangan buah dikembangkan sejak 2020.

Proyek pengembangan inovasi yang dibiayai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) itu sudah memasuki tahap finalisasi pada tahun ini.

Baca juga: Presiden sebut krisis pangan dunia jadi peluang RI buat lumbung pangan

Ia mengatakan teknologi itu terinspirasi dari kejadian ekspor buah dari perkebunan IPB menuju Brazil beberapa tahun lalu yang mengalami kendala pembusukan di perjalanan.

"Awalnya informasi dari peneliti, tercipta alat ini. Karena kita pernah ekspor buah ke Brazil sampai sana busuk," katanya.

Pada tahap finalisasi saat ini, kata Lia, tim sedang mengembangkan pemasangan alat tersebut pada varian buah lainnya, serta akan diintegrasikan pada kotak pendingin buah, sehingga tingkat kematangan dapat terukur selama proses ekspedisi.

Selain itu, produksi alat secara masif, diharapkan dapat memberikan informasi aktual bagi konsumen dalam memilah buah yang berkualitas.

Pihaknya menyambut baik inisiatif Kemenkop UKM yang akan mendorong teknologi pendeteksi kematangan buah menjadi standar baru di pasar modern.