Mentan mendukung penuh pengembangan cabai di Lombok Timur
14 September 2023 18:24 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (kanan) pada acara tanam dan panen cabai di hamparan lahan 25 hektare, di Desa Kerongkong, Kecamatan Suralaga, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (14/9/2023). ANTARA/Nur Imansyah.
Mataram (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mendukung penuh pengembangan cabai di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Kehadiran kami hari ini tidak lain untuk melegitimasi bahwa Lombok Timur adalah sentra aktivitas cabai Indonesia. Dan Lombok Timur dapat secara langsung memberikan kontribusi terhadap kehidupan masyarakat yang ada dan sumbangsih terhadap perekonomian nasional," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo pada acara tanam dan panen cabai di hamparan lahan 25 hektare, di Desa Kerongkong, Kecamatan Suralaga, Lombok Timur, Kamis.
Kehadiran Mentan di Lombok Timur ini juga ditargetkan untuk mengendalikan inflasi nasional di tengah ancaman kemarau panjang (dampak El Nino), karena cabai menjadi salah satu komoditas strategis pengendali inflasi.
Mantan Gubernur Sulawesi Selatan dua periode itu menyebut jika tidak dikelola dengan baik, cabai dapat menjadi salah satu komoditas sumber inflasi. Terlebih lagi, Indonesia tercatat menjadi negara dengan inflasi yang sangat rendah dan cabai menjadi salah satu komoditas pertanian yang berkontribusi mengendalikan inflasi tersebut.
"Oleh karena itu terima kasih Pak Wakil Bupati Lombok Timur kita tanam cabai lagi," ujarnya.
Ia menyebutkan produktivitas cabai di Lombok Timur yang dipanen saat ini sebanyak 6 ton per hektare. Dari 6 ton per hektare bisa menghasilkan Rp30 juta per panen, sehingga dibanding tanaman lain, cabai sangat menjanjikan dan cabai bisa tanam dan panen 4 kali setahun.
"Cabai tidak hanya dikonsumsi, tapi juga untuk keperluan lainnya, seperti kosmetik dan farmasi," kata Mentan pula.
Oleh karena itu, panen saat ini adalah bagian-bagian dari kekuatan Lombok Timur untuk dijaga dan ditingkatkan kualitasnya. Bahkan Indonesia suatu saat akan mengintervensi pasar-pasar global.
Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menambahkan data Early Warning System (EWS) total produksi cabai rawit nasional pada bulan September diperkirakan sebesar 109.936 ton dan kebutuhan cabai sebesar 75.162 ton, sehingga neraca cabai rawit saat ini surplus sebesar 34.774 ton.
Untuk cabai besar total produksi nasional diperkirakan sebesar 85.817 ton dan kebutuhan sebesar 74.959 ton, sehingga neraca cabai besar surplus sebesar 10.858 ton.
"Artinya, pasokan cabai nasional pada bulan September aman," ujarnya pula.
Ia mengatakan pada tahun 2022, komoditas cabai menjadi salah satu penyumbang inflasi sebagai akibat dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrem.
Oleh karena itu menyikapi hal tersebut, pemerintah mengambil langkah-langkah pemenuhan pasokan cabai, salah satunya bermitra dengan petani-petani andal dan yang memiliki komitmen yaitu champion cabai.
Lebih lanjut Prihasto mengatakan saat ini pemerintah bermitra dengan 11 champion cabai yang tersebar di 10 kabupaten sentra produksi cabai, salah satunya Lombok Timur.
Pada 2022, komitmen champion dengan pemerintah adalah menyediakan stok sebesar 600 hektare atau setara 1.250 ton dan pada 2023 seluas seluas 1.250 hektare setara 2.750 ton. Pasokan tersebut digunakan sebagai cadangan pasokan untuk mengirim ke daerah defisit.
"Komitmen champion cabai Lombok Timur sendiri pada 2023 sebesar 200 hektare. Kami (Ditjen Hortikultura, Red) dalam hal ini memberikan dukungan kepada champion untuk pemenuhan stok dengan memfasilitasi sarana produksi pertanian (saprodi) terdiri dari pupuk NPK, mulsa dan asam humat," katanya lagi.
Wakil Bupati Lombok Timur Rumaksi memberikan apresiasi yang tinggi atas kunjungan Mentan di Lombok Timur, karena diyakini membawa berkah bagi petani cabai. Ia mengatakan luasan tanam cabai di Lombok Timur mencapai 600 hektare, dengan varietas yang dikembangkan adalah varietas Cempaka.
"Potensi luas tanam cabai rawit di Kabupaten Lombok Timur sebesar 4.079 hektare, sedangkan untuk cabai besar 689,95 hektare. Fasilitasi kawasan aneka cabai APBN khusus champion, pada tahun 2022 terdapat 80 hektare dan pada 2023 ini memang bertambah menjadi 200 hektare. Seluruh lahan ini diatur jadwal tanamnya sehingga selama setahun selalu tersedia cabai," katanya lagi.
Baca juga: Harga cabai di NTB melonjak, capai Rp110 ribu/kg
Baca juga: Cabai dan peluang ekspor
"Kehadiran kami hari ini tidak lain untuk melegitimasi bahwa Lombok Timur adalah sentra aktivitas cabai Indonesia. Dan Lombok Timur dapat secara langsung memberikan kontribusi terhadap kehidupan masyarakat yang ada dan sumbangsih terhadap perekonomian nasional," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo pada acara tanam dan panen cabai di hamparan lahan 25 hektare, di Desa Kerongkong, Kecamatan Suralaga, Lombok Timur, Kamis.
Kehadiran Mentan di Lombok Timur ini juga ditargetkan untuk mengendalikan inflasi nasional di tengah ancaman kemarau panjang (dampak El Nino), karena cabai menjadi salah satu komoditas strategis pengendali inflasi.
Mantan Gubernur Sulawesi Selatan dua periode itu menyebut jika tidak dikelola dengan baik, cabai dapat menjadi salah satu komoditas sumber inflasi. Terlebih lagi, Indonesia tercatat menjadi negara dengan inflasi yang sangat rendah dan cabai menjadi salah satu komoditas pertanian yang berkontribusi mengendalikan inflasi tersebut.
"Oleh karena itu terima kasih Pak Wakil Bupati Lombok Timur kita tanam cabai lagi," ujarnya.
Ia menyebutkan produktivitas cabai di Lombok Timur yang dipanen saat ini sebanyak 6 ton per hektare. Dari 6 ton per hektare bisa menghasilkan Rp30 juta per panen, sehingga dibanding tanaman lain, cabai sangat menjanjikan dan cabai bisa tanam dan panen 4 kali setahun.
"Cabai tidak hanya dikonsumsi, tapi juga untuk keperluan lainnya, seperti kosmetik dan farmasi," kata Mentan pula.
Oleh karena itu, panen saat ini adalah bagian-bagian dari kekuatan Lombok Timur untuk dijaga dan ditingkatkan kualitasnya. Bahkan Indonesia suatu saat akan mengintervensi pasar-pasar global.
Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menambahkan data Early Warning System (EWS) total produksi cabai rawit nasional pada bulan September diperkirakan sebesar 109.936 ton dan kebutuhan cabai sebesar 75.162 ton, sehingga neraca cabai rawit saat ini surplus sebesar 34.774 ton.
Untuk cabai besar total produksi nasional diperkirakan sebesar 85.817 ton dan kebutuhan sebesar 74.959 ton, sehingga neraca cabai besar surplus sebesar 10.858 ton.
"Artinya, pasokan cabai nasional pada bulan September aman," ujarnya pula.
Ia mengatakan pada tahun 2022, komoditas cabai menjadi salah satu penyumbang inflasi sebagai akibat dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrem.
Oleh karena itu menyikapi hal tersebut, pemerintah mengambil langkah-langkah pemenuhan pasokan cabai, salah satunya bermitra dengan petani-petani andal dan yang memiliki komitmen yaitu champion cabai.
Lebih lanjut Prihasto mengatakan saat ini pemerintah bermitra dengan 11 champion cabai yang tersebar di 10 kabupaten sentra produksi cabai, salah satunya Lombok Timur.
Pada 2022, komitmen champion dengan pemerintah adalah menyediakan stok sebesar 600 hektare atau setara 1.250 ton dan pada 2023 seluas seluas 1.250 hektare setara 2.750 ton. Pasokan tersebut digunakan sebagai cadangan pasokan untuk mengirim ke daerah defisit.
"Komitmen champion cabai Lombok Timur sendiri pada 2023 sebesar 200 hektare. Kami (Ditjen Hortikultura, Red) dalam hal ini memberikan dukungan kepada champion untuk pemenuhan stok dengan memfasilitasi sarana produksi pertanian (saprodi) terdiri dari pupuk NPK, mulsa dan asam humat," katanya lagi.
Wakil Bupati Lombok Timur Rumaksi memberikan apresiasi yang tinggi atas kunjungan Mentan di Lombok Timur, karena diyakini membawa berkah bagi petani cabai. Ia mengatakan luasan tanam cabai di Lombok Timur mencapai 600 hektare, dengan varietas yang dikembangkan adalah varietas Cempaka.
"Potensi luas tanam cabai rawit di Kabupaten Lombok Timur sebesar 4.079 hektare, sedangkan untuk cabai besar 689,95 hektare. Fasilitasi kawasan aneka cabai APBN khusus champion, pada tahun 2022 terdapat 80 hektare dan pada 2023 ini memang bertambah menjadi 200 hektare. Seluruh lahan ini diatur jadwal tanamnya sehingga selama setahun selalu tersedia cabai," katanya lagi.
Baca juga: Harga cabai di NTB melonjak, capai Rp110 ribu/kg
Baca juga: Cabai dan peluang ekspor
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: