Lestari mengatakan alzheimer dan demensia yang umumnya terjadi pada lansia perlu diketahui secara komprehensif oleh masyarakat, lantaran data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia meningkat dari 18 juta jiwa pada 2010 menjadi 27 juta jiwa pada 2020.
Baca juga: Ahli: Pencegahan Alzheimer harus dilakukan sejak muda
Baca juga: Memasak dengan minyak zaitun setiap hari dapat lindungi otak
Berdasarkan data yang diperolehnya, Lestari mengungkapkan pada 2019 terdapat 1,8 juta orang Indonesia yang mengalami demensia. Angka tersebut diprakirakan bisa meningkat pesat karena pertumbuhan fluktuasi usia yang tidak didasari banyak orang.
Menurutnya, gejala demensia bisa diidentifikasi. Terlebih lagi jika pemangku kebijakan terkait memiliki data yang terverifikasi untuk dapat membantu pengidentifikasian masyarakat yang menderita demensia.
Oleh karena itu, Lestari mengajak masyarakat untuk tidak menormalisasi perilaku pikun pada lansia sebagai sebuah tanda penuaan.
"Bisa jadi pikun itu adalah tanda demensia atau alzheimer," ungkapnya.
Untuk itu, dia mendorong kepada seluruh pemangku kepentingan terkait untuk melakukan gerakan dalam mengantisipasi kasus demensia dan alzheimer di Indonesia.