New York (ANTARA News) - Kurs dolar melemah terhadap euro pada Selasa (Rabu pagi WIB), setelah indeks kegiatan manufaktur daerah utama AS secara tak terduga jatuh, menunjukkan ekonomi lebih lemah daripada yang diyakini.

Tetapi kenaikan euro, untuk ketiga sesi berturut-turut, selanjutnya terbang dalam menghadapi ekspektasi penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis.

Pada 21.00 GMT (Rabu 04.00 WIB), euro berada di 1,3165 dolar, dibandingkan dengan 1,3097 dolar pada akhir Senin.

Dolar juga turun terhadap mata uang Jepang, menjadi 97,45 yen dari 97,73 yen, sementara euro sedikit lebih tinggi di 128,31 yen dari 128,01 yen.

Penurunan dolar terutama terjadi setelah rilis indeks pembelian manajer sektor manufaktur daerah Chicago, yang jatuh ke dalam wilayah kontraksi pada April.

Itu memberi lebih banyak dukungan kepada keyakinan bahwa dewan kebijakan Federal Reserve tidak akan membuat perubahan signifikan terhadap kebijakan moneter longgarnya pada Rabu, ketika mengakhiri pertemuan dua hari mereka.

"Mengingat kekecewaan terbaru dalam data ekonomi, maka akan sangat sulit bagi Fed untuk membenarkan seruan mereka mengetatkan kebijakannya," kata Kathy Lien dari BK Asset Management.

"Sebaliknya, akan disuarakan lebih keras tentang perlunya menjaga tingkat stimulus ini."

Pound Inggris naik untuk hari kelima berturut-turut, menguat menjadi 1,5534 dolar dari 1,5498 dolar.

Dolar melemah menjadi 0,9294 franc Swiss, demikian laporan AFP.

Penerjemah: Apep Suhendar