Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menegaskan bahwa pariwisata di Indonesia harus berbasis masyarakat dan dikembangkan secara inklusif.

"Saya tegaskan pariwisata kita berbasis masyarakat. Jangan eksklusif, tapi harus inklusif," kata Sandiaga dalam konferensi pers daring yang dipantau di Jakarta, Senin.

Menanggapi informasi yang viral di media sosial terkait pengakuan seorang wisatawan lokal yang diusir oleh pihak keamanan sebuah hotel di Pantai Geger, Nusa Dua, Bali pada Senin (4/9) lalu, Sandiaga menyatakan bahwa pantai merupakan fasilitas milik publik yang dapat diakses dan dinikmati oleh seluruh masyarakat.

Ia mengatakan, selama masyarakat berlaku tertib dan mematuhi peraturan yang ada di kawasan pariwisata, maka tidak ada larangan tertentu kepada masyarakat ataupun wisatawan.

Sandiaga turut menceritakan pengalamannya berlari di salah satu pantai di Indonesia.

Sejauh ini, dia tidak pernah dilarang atau diusir oleh pihak-pihak tertentu.

Dia memastikan apabila turis lokal maupun mancanegara mengikuti peraturan, maka turis diizinkan bermain di pantai depan hotel mana pun.

"Saya pernah lari di pantai itu tidak ada penyetopan, tapi kalau ada pengusiran wisatawan domestik ini perlu kita kaji apakah ada tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan atau ketetapan," ujarnya pula.

Sebelumnya, Sandiaga menyampaikan bahwa pariwisata terbukti mampu berkontribusi besar dalam pemulihan ekonomi pascapandemi.

Pemerintah melalui Kemenparekraf terus mendorong pengembangan wisata yang inklusif berbasis masyarakat, seperti desa wisata.

Selain itu, Kemenparekraf juga mengedepankan konsep 'regenerative tourism' yang mengutamakan pada pemulihan dan regenerasi lingkungan serta pemberdayaan masyarakat lokal.

Menurut dia, regenerative tourism tidak hanya membangun infrastruktur secara fisik, tetapi juga meningkatkan aspek kualitas lingkungan dan sosial.

Adapun tujuan utamanya adalah mengembangkan destinasi wisata yang lebih baik daripada kondisi awalnya.

"Ini adalah pariwisata era baru. Manfaatnya tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga perekonomian masyarakat di sekitarnya," ujarnya lagi.
Baca juga: NTT targetkan bangun 22 kawasan wisata berbasis masyarakat
Baca juga: Cegah corona, 5 objek wisata berbasis masyarakat di Kulon Progo tutup