Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia akan terus fokus untuk mengembangkan instrumen investasi produk syariah di pasar modal domestik menyusul pertumbuhan industrinya yang positif.

Direktur Utama BEI Ito Warsito di Jakarta, Selasa, mengatakan pengembangan produk syariah dapat dilakukan dengan mengajak perusahaan pengelola investasi untuk menerbitkan instrumen produk berbasis syariah, salah satunya dengan reksa dana bursa atau "exchange traded fund" (ETF).

"Kami melihat likuiditas ETF yang telah tercatat di BEI sudah cukup baik dan nilai rata-rata transaksinya sudah mencapai sekitar Rp3 miliar per hari, dengan adanya tambahan syariah maka akan mendorong industri juga," katanya.

Namun, ia menyayangkan baru dua manajer investasi yang menerbitkan ETF, yakni PT Indo Premier Investment Management dan PT Bahana TCW Investment Management.

Padahal, menurut Ito, produk ETF di pasar global cukup likuid ditransaksikan dimana berdasarkan data World Federation Of Index, di sepanjang kuartal pertama 2013 di Amerika Serikat (AS) nilai transaksinya sudah mencapai 1,49 triliun dolar AS.

Sementara itu, Direktur Utama Indo Premier Investment Management, John D Item, mengatakan produk ETF dapat mempermudah investor untuk berinvestasi di pasar saham karena susunan saham per satuan unit penyertaan sudah dibentuk oleh Manajer Investasi dengan hanya terdiri dari saham-saham berfundamental baik dan likuid.

"Selain itu, fluktuasi ETF juga tidak terlalu dalam dan aman bagi investasi investor," ujar John di sela peluncuran dua produk ETF, Reksa Dana Syariah Premier ETF Jakarta Islamic Index (XIJI), dan Reksa Dana Premier ETF Indonesia Consumer (XIIC).

Ia mengemukakan pemilihan indeks syariah sebagai aset dasar produk ETF karena adanya permintaan dari investor terhadap produk ETF berbasis saham-saham syariah.

"Selain itu ada permintaan dari pemerintah untuk memperkaya instrumen syariah. Untuk ETF berbasis saham-saham konsumer, alasan pemilihannya adalah karena demografis masyarakat Indonesia yang berbasis konsumsi tinggi memiliki prospek yang baik terhadap perkembangan industri konsumer di Indonesia," katanya.

Ia menilai indeks saham sektor konsumer akan memberikan hasil yang lebih optimal dibandingkan pergerakan IHSG BEI.

John meyakini produk investasi di ETF akan dianggap sama dengan saham dan dapat dilakukan secara marjin, dengan begitu volume transaksinya akan jauh lebih besar dibandingkan saat ini.