Ketua Asosiasi Komunikolog Indonesia, Suko Widodo di Surabaya, Senin, mengatakan tak ada masalah apapun dengan hal seperti itu.
Pakar komunikasi Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan sebelum ada wajah Ganjar banyak juga wajah-wajah orang lain dalam siaran tersebut.
"Dalam konteks tersebut, Ganjar kan orang biasa, tidak ada bedanya dengan wajah-wajah umat lainnya yang tampil pada adzan tersebut. Ajakan Ganjar maupun semua yang pernah tampil di adzan itu adalah sesuatu yang baik," kata dia.
Baca juga: Pengamat: Menteri PUPR dan Menkeu cocok jadi cawapres Ganjar
Baca juga: Relawan KawanJuang GP kenalkan Ganjar melalui senam-jalan sehat
Senada, peneliti dan pengajar komunikasi pada London School of Public Relations Iwel Sastra menyatakan agak susah mencari-cari alasan meributkan siaran adzan tersebut karena tidak ada pasal pada Undang-Undang Penyiaran yang dilanggar.Baca juga: Pengamat: Menteri PUPR dan Menkeu cocok jadi cawapres Ganjar
Baca juga: Relawan KawanJuang GP kenalkan Ganjar melalui senam-jalan sehat
Sementara itu, peneliti komunikasi politik, pada Institut Salemba School, Effendi Gazali menyebut isu tersebut boleh-boleh saja menggelinding jadi diskusi publik.
"Apalagi kalau mau ditiru, kesannya jadi tidak kreatif. Di sisi peraturan, pasti tak ada aspek apapun yang dilanggar. Ajakannya juga ke arah yang positif," kata dia.
Effendi tak ketinggalan menambahkan tips yakni kalau kemudian mau lebih mengayomi, bisa juga dibuat variasi adzan dengan beberapa wajah tokoh nasional kita. "Jadi terkesan tidak hanya satu figur," ucapnya.
Ahli komunikasi Universitas Hasanuddin Hasrullah ikut memperkuat usul Effendi. Menurut dia, bisa saja segera ditambahkan wajah para ulama lain. Misal wajah Tuan Guru Bajang, atau beberapa wajah lain dari Kawasan Timur Indonesia.
"Sehingga lanskapnya lengkap dari seluruh Indonesia," kata Hasrullah.
Ia juga mengusulkan semua tokoh nasional membuat cara-cara komunikasi yang tak kalah kreatif, ketimbang meributkan sesuatu yang ajakannya positif.