Konsumsi herbal bantu cegah efek buruk polusi udara pada tubuh
10 September 2023 14:10 WIB
Tangkapan layar saat Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr. Inggrid Tania, M.Si (Herbal), Dr. (Cand.) dalam webinar "Peran Potensial Herbal dalam Menanggulangi Dampak Polusi Udara terhadap Kesehatan", Minggu (10/9/2023) (ANTARA/Fathur Rochman)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr. Inggrid Tania, M.Si (Herbal), Dr. (Cand.) menyampaikan bahwa mengonsumsi tanaman obat atau herbal bisa membantu menanggulangi efek buruk polusi udara pada tubuh.
Menurut Inggrid tanaman herbal memiliki sifat antioksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas, adaptogenik yang membantu tubuh beradaptasi dengan stres, imunomodulator yang menjaga sistem kekebalan tubuh, dan antiinflamasi yang membantu mengurangi peradangan dalam tubuh.
"Tanaman-tanaman herbal ini umumnya bersifat antioksidan, lalu banyak juga yang memiliki sifat imunomodulator sehingga juga akan membantu menstimulasi respon imun yang lebih baik sehingga ketika si polutan ini membuat kita memiliki risiko terkena ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), nah herbal yang bersifat imunomodulator bisa membantu kita agar kita setidaknya tetap sehat," ucap dia dalam sebuah acara webinar, Minggu.
Baca juga: Farmasi Hijau tawarkan lebih banyak manfaat untuk lingkungan
Inggrid menjelaskan tanaman herbal mengandung metabolit sekunder. Metabolit sekunder digunakan oleh tanaman sebagai suatu tambahan untuk pertahanan diri dari serangan mikroorganisme dan lainnya.
Dengan mengonsumsi herbal, diharapkan kandungan metabolit sekunder pada tanaman tersebut bisa membantu tubuh mengenali patogen, termasuk polutan yang masuk lewat saluran pernafasan.
Metabolit sekunder atau senyawa-senyawa bioaktif di dalam herbal ini dinilai juga bisa menekan peradangan sehingga bermanfaat pada kondisi-kondisi asma atau penyakit peradangan lainnya.
"Nah dengan herbal yang bersifat anti inflamasi atau anti peradangan akan mampu menekan peradangan yang dipicu oleh polutan-polutan udara," kata dia.
Beberapa tanaman herbal yang direkomendasikan seperti kunyit, habbatussauda, madu, dan ginseng. Habbatussauda, misalnya, sering dicampur dengan madu murni atau minyak zaitun.
Selain itu, habbatussauda juga dapat dikombinasikan dengan berbagai ramuan herbal lainnya seperti jahe, kunyit, temulawak, cengkeh, dan lada hitam.
dr. Inggrid menambahkan bahwa dengan mengonsumsi herbal-herbal tersebut secara rutin, bahkan ketika dalam kondisi sehat, hal itu dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap polusi udara.
"Jadi walaupun kita tidak sakit, kita masih dalam kondisi sehat, tetapi kalau kita konsumsi herbal tiap hari satu sampai dua kali sehari itu sebetulnya sangat amat membantu daya tahan tubuh kita, dan kalau masih sehat itu akan lebih bagus jika bervariasi," ucapnya.
Baca juga: Guru Besar UI: Tanaman herbal berpotensi jadi obat terapi COVID-19
Baca juga: Peneliti BRIN ungkap ragam manfaat kelor bagi tubuh manusia
Baca juga: BRIN: 85 persen bahan baku obat herbal masih berasal dari alam
Menurut Inggrid tanaman herbal memiliki sifat antioksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas, adaptogenik yang membantu tubuh beradaptasi dengan stres, imunomodulator yang menjaga sistem kekebalan tubuh, dan antiinflamasi yang membantu mengurangi peradangan dalam tubuh.
"Tanaman-tanaman herbal ini umumnya bersifat antioksidan, lalu banyak juga yang memiliki sifat imunomodulator sehingga juga akan membantu menstimulasi respon imun yang lebih baik sehingga ketika si polutan ini membuat kita memiliki risiko terkena ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), nah herbal yang bersifat imunomodulator bisa membantu kita agar kita setidaknya tetap sehat," ucap dia dalam sebuah acara webinar, Minggu.
Baca juga: Farmasi Hijau tawarkan lebih banyak manfaat untuk lingkungan
Inggrid menjelaskan tanaman herbal mengandung metabolit sekunder. Metabolit sekunder digunakan oleh tanaman sebagai suatu tambahan untuk pertahanan diri dari serangan mikroorganisme dan lainnya.
Dengan mengonsumsi herbal, diharapkan kandungan metabolit sekunder pada tanaman tersebut bisa membantu tubuh mengenali patogen, termasuk polutan yang masuk lewat saluran pernafasan.
Metabolit sekunder atau senyawa-senyawa bioaktif di dalam herbal ini dinilai juga bisa menekan peradangan sehingga bermanfaat pada kondisi-kondisi asma atau penyakit peradangan lainnya.
"Nah dengan herbal yang bersifat anti inflamasi atau anti peradangan akan mampu menekan peradangan yang dipicu oleh polutan-polutan udara," kata dia.
Beberapa tanaman herbal yang direkomendasikan seperti kunyit, habbatussauda, madu, dan ginseng. Habbatussauda, misalnya, sering dicampur dengan madu murni atau minyak zaitun.
Selain itu, habbatussauda juga dapat dikombinasikan dengan berbagai ramuan herbal lainnya seperti jahe, kunyit, temulawak, cengkeh, dan lada hitam.
dr. Inggrid menambahkan bahwa dengan mengonsumsi herbal-herbal tersebut secara rutin, bahkan ketika dalam kondisi sehat, hal itu dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap polusi udara.
"Jadi walaupun kita tidak sakit, kita masih dalam kondisi sehat, tetapi kalau kita konsumsi herbal tiap hari satu sampai dua kali sehari itu sebetulnya sangat amat membantu daya tahan tubuh kita, dan kalau masih sehat itu akan lebih bagus jika bervariasi," ucapnya.
Baca juga: Guru Besar UI: Tanaman herbal berpotensi jadi obat terapi COVID-19
Baca juga: Peneliti BRIN ungkap ragam manfaat kelor bagi tubuh manusia
Baca juga: BRIN: 85 persen bahan baku obat herbal masih berasal dari alam
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023
Tags: