Jakarta (ANTARA News) - Indonesia sudah bisa membuat pesawat tanpa awak berpengendali (Unmanned Aerial Vehicle/UAV), yaitu Wulung dan menyusul yang lain-lain. Jenis wahana angkasa ini bisa dipergunakan untuk berbagai keperluan, bukan cuma untuk misi militer saja.


Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Marzan Iskandar, menyatakan, "Teknologi pesawat tanpa awak nanti dapat dikembangkan untuk berbagai keperluan," di Jakarta, Senin. Iskandar menandatangani nota kesepahaman dengan mitranya dari PT Dirgantara Indonesia.




PT Dirgantara Indonesia dan PT LEN bekerja sama membuat dan mengembangkan pesawat terbang tanpa awak itu.


Dia membilang fungsi lain UAV yang di-indonesia-kan menjadi pesawat udara nirawak (puna) itu, mulai dari pengawasan transportasi, SAR, penelitian atmosfer, pengawasan kebencanaan, dan kargo operasi hujan buatan.




Juga pengelolaan pertanian dan perkebunan, penyebaran benih dan pengamatan vegetasi daerah kritis yang sulit, pengambilan gambar film, dan lain sebagainya.

Dia menjelaskan, pascakeberhasilan demonstrasi terbang di Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma, pada Oktober 2012, Kementerian Pertahanan memberi pesanan pasti pengadaan Puna Wulung yang asli buatan anak bangsa itu untuk memperkuat jajatan pengamatan udara TNI.

"Sejak 2004 pesawat tanpa awak atau Puna Wulung ini dikembangkan BPPT, kini siap diproduksi massal untuk memenuhi kebutuhan satu skuadron TNI AU," katanya. Menurut rencana, skuadron udara berintikan pesawat intai tanpa awak ini akan ditempatkan di Pangkalan Udara TNI AU Supadio, Pontianak.

Puna Wulung memiliki spesifikasi berat kosong maksimal 60 kg, berat muatan 25 kg, kecepatan jelajah 55 knot, bentang sayap 6,34 meter, ketahanan terbang empat jam dan ketinggian terbang 12.000 kaki di atas permukaan tanah.

Pesawat tersebut dilengkapi kamera pengintai yang dihubungkan dengan pusat pengendali di darat.